Lihat ke Halaman Asli

Rut Sri Wahyuningsih

Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Cintailah Produk Indonesia, Slogan atau Resolusi?

Diperbarui: 8 Maret 2021   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi cintailah produk Indonesia. Foto: desain pribadi

"Cintailah Produk-produk Indonesia" begitu tenar dan yang terbayang adalah wajah Pemiliki pabrik Maspion grup, Alim Markus dengan artis legenda Indonesia, Titik Puspa. Dan kali ini terdengar kembali dari lisan Presiden Indonesia, Joko Widodo, saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021. 

Presiden Joko Widodo kembali meminta seluruh pemangku kepentingan untuk mengagungkan cinta produk Indonesia. Bukan hanya itu dia juga meminta agar didorong kampanye untuk benci produk asing. 

"Branding harus melekat agar masyarakat lebih mencintai produk Indonesia dibandingkan produk luar negeri. Karena penduduk Indonesia, penduduk kita berjumlah lebih dari 270 juta jiwa. Seharusnya adalah konsumen yang paling loyal untuk produk-produk sendiri," ucapnya (detikNews.com, 4/3/2021).

Jika begitu, lantas siapa yang seharusnya mempelopori gerakan cinta produk Indonesia dan benci produk luar negri? Karena ternyata pada hari dan forum yang sama, pemerintah akan impor 1 juta-1,5 juta ton beras dalam waktu dekat ini. Hal ini dipastika oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto . 

Ia mengatakan itu dilakukan demi menjaga ketersediaannya di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali. "Salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1 juta -1,5 juta ton," ujarnya dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis, 4 Maret 2021 (cnnindonesia.com, 4/3/2021).

Mengapa tidak konsisten? Bahkan dijagad Twitter, para tweeps mengoreksi tas-tas branded istri Presiden Joko Widodo, Iriana Joko Widodo. Seakan menegaskan ketidakkonsistenan istri presiden terkait ajakan suaminya yang saat ini menjadi presiden, pemimpin sebuah negara. 

Belum lagi dengan gaya hidup pejabat di negeri ini yang tak bisa lepas dari label barat dalam setiap benda yang melekat di diri mereka. Semua karena brand image luar negeri identik dengan kemajuan sedangkan produk dalam negeri ketinggalan. 

Lihat saja mobil SMK yang rencananya bakal diproduksi massal pun tenggelam dalam janji kampanye. Kemudian impor garam, buah-buahan dan kebutuhan lain, yang menunjukkan kualitas kepemimpinan di negeri ini ada yang salah. 

Impor kebutuhan pokok bagi Indonesia sepertinya bukan sekadar memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia, buktinya kesenjangan sosial tetap menganga lebar dan kesejahteraan hanya berputar pada orang-orang kaya saja. 

Impor hari ini menjadi kebijakan negara karena negara mengadopsi sistem kapitalisme, dimana kapital berkuasa, yang diimplementasikan pada pemilik modal itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline