Lihat ke Halaman Asli

Let's Talk About 'Knit'

Diperbarui: 15 Februari 2019   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ourgethead.org

Jika berbicara tentang 'Knit' atau yang dalam bahasa Indonesia disebut 'merajut' mungkin yang terpikirkan adalah 'nenek-nenek'. Tapi apakah itu benar? Mari kita telaah lebih lanjut.

Merajut kini mulai banyak diminati semua kalangan dan usia. Padahal dulunya, merajut adalah kegiatan yang sering diidentikkan dengan aktivitas nenek-nenek atau wanita lanjut usia. Bahkan di negara Timur Tengah, kegiatan merajut juga dilakukan para pria yang merajut permadani untuk dijual. 

Kegiatan merajut juga merambah ke Eropa dan Amerika. Di negara-negara tersebut, seni merajut jadi salah satu hobi favorit karena saat musim dingin, mereka membutuhkan jaket tebal, sweater, atau sarung tangan dari benang wol yang bisa memberikan kehangatan. Di Indonesia sendiri, merajut sudah menjadi kegiatan untuk mengisi waktu luang sekaligus hobi yang populer dilakukan sejak dulu. 

Hal itu dituturkan oleh Lisawati Santoso selaku pemilik tempat kursus merajut The Hand Crafter. "Kalau sejak kapan merajut mulai diminati, aku rasa dari dulu peminatnya ada terus. Nah mulai dari 2013 aku lihat peminatnya semakin banyak sampai sekarang, terutama anak muda," kata wanita yang akrab disapa Lisa tersebut.

Wanita 29 tahun ini mengatakan, dulu di tempatnya, kursus merajut lebih banyak diikuti oleh ibu-ibu yang ingin mengisi waktu luang. Namun kini banyak anak muda yang memulai hobi merajut untuk membuat item-item berguna, mulai dari boneka rajut, gantungan kunci, gantungan tas, dan lain-lain. "Murid kelas merajut di sini bervariatif ya, dari anak-anak sampai dewasa. Ada juga anak SMP dan SMA, bahkan ada juga anak laki-laki, masih SD, dia ikut kelas merajut," katanya lagi.

Pengakuan wanita lainnya, Nita Rachmawati, ia sudah menggeluti rajut-merajut sejak 2011 silam. Nita mengaku ia menyenangi kerajinan tangan sejak duduk di bangku SD. Kala itu, dirinya pun sudah memahami dasar-dasar merajut dan baru mulai intensif belajar lagi pada lima tahun lalu. 

Bisa dibilang, merajut adalah hobinya yang masih ditekuni hingga kini. Dari situlah ia mulai bisa membuat produk-produk yang bisa dipakai sehari-hari, seperti tas, topi, baju, dan dompet. Bahkan dari situ pula, wanita 29 tahun ini mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual hasil rajutannya.

Nah, setelah mendengar pengakuan beberapa wanita di atas apa masih berpikir kalau merajut hanya untuk kalangan lanjut usia?? 

Sebagai seorang penikmat kegiatan rajut, saya secara pribadi merekomendasikan para pembaca untuk menekuninya. Karena tak hanya menumbuhkan kreativitas, bagi saya merajut juga mengajarkan kita untuk terus bersabar dan tekun dalam mempelajari sesuatu. Saya harap pemikiran mengenai kegiatan merajut sebagai hal yang bukan semata-mata untuk menghilangkan kegabutan ^^.

sumber: wolipop.detik.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline