Fenomena "barcode", atau upaya untuk menyakiti diri sendiri karena tekanan psikologis, mulai banyak dibicarakan. Rasa takut, kecemasan, hingga kesedihan berpotensi membuat seseorang ingin menyalurkan rasa sakit pada tindakan tersebut. Perilaku ini tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat jumlah anak muda hingga dewasa yang berada dalam kondisi mental yang buruk dan tidak segera ditangani.
Terdapat dampak yang terjadi setelah melakukan self-injury, dan membentuk sebuah pola siklus berulang. Ketika seseorang menghadapi masalah dan tekanan, lalu memilih perilaku NSSI (Non Suicidal Self Injury) sebagai solusi, timbul pikiran negatif setelah melakukannya. Rasa malu, kekhawatiran, tingkat kemarahan, merupakan contoh emosi negatif yang banyak berkembang pada pelaku self-injury. Pada akhirnya, orang tersebut akan merasa tidak dapat keluar dari masalah.
Tak hanya itu, ketika seseorang memiliki kecenderungan self-injury dan melihat banyak yang juga melakukannya, timbul pikiran bahwa tindakan tersebut adalah hal yang normal. Bahkan dalam beberapa kasus, individu banyak meniru satu sama lain, dan mengembangkan metode self-injury dari paparan media sosial (Satria.Ardhi.N,2023).
Self-injury adalah perilaku atau tindakan berupa menyakiti hingga melukai diri sendiri Perilaku self-injury membutuhkan penanganan cepat dan tepat, sebelum mengarah pada perilaku SSI (Suicidal Self Injury). Self-injury dapat terjadi akibat beberapa hal seperti masalah sosial, trauma psikologis, dan gangguan mental.
Tanda-tanda seseorang melakukan self-injury biasanya tampak menarik diri atau lebih pendiam dari biasanya, berhenti berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang rutin mereka lakukan, mengalami perubahan suasana hati yang cepat, mudah marah atau kesal, pernah mengalami peristiwa emosional dalam hidup mereka, menunjukkan luka atau goresan pada kulit yang tidak dapat dijelaskan, dan memakai pakaian yang tidak sesuai.
Orang yang melakukan self-injury juga mungkin menyadari bahwa tindakan ini berbahaya. Meski begitu, masih banyak juga yang tidak menyadari bahwa melukai diri sendiri bukan cara terbaik untuk mengelola situasi atau perasan tersebut. Mereka justru berpikir melukai diri sendiri merupakan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh.
Cara menghentikan kebiasaan menyakiti diri sendiri ialah segera kunjungi dokter atau spesialis kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat terkait kondisi yang dialami. Adapun, penanganan self-injury umumnya melibatkan kompinasi psikoterapi dan obat-obatan (Satria Aji Purwoko,2022).
Kesimpulannya adalah mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan perilaku self-injury, dendeskripsikan proses dan bentuk perilaku self-injury, memahami gambaran dampak yang diakibatkan oleh perilaku self-injury.
Nama: Jeliyani Eka Fadilla
Prodi: Psikologi Islam
Nim: 230802057
Kelas: 1RegA3
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS Filsafat oleh Dosen Pengampu: Arifati Ilma Lubis, S,Psi., M.Psi,Psikologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H