Lihat ke Halaman Asli

Jelita PutriWulandari

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang

Genting Stunting Mulai Kini

Diperbarui: 29 Januari 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar

Karawang, 11 Januari 2024. Genting Stunting Mulai Kini, Mahasiswa KKN Unsika 2024 Mengadakan Sosialisasi Pencegahan Stunting di Desa Sindangmukti.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNSIKA melakukan sosialisasi pencegahan stunting di Posyandu Cempaka 3, Desa Sindangmukti, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang pada tanggal 11 Januari 2024. Kegiatan ini merupakan program kerja utama kelompok Desa Sindangmukti yang bertujuan agar masyarakat sadar akan pentingnya pencegahan stunting dengan mengkonsumsi makanan bergizi sejak masa kehamilan hingga 1000 hari pertama kelahiran. 

Kegiatan sosialisasi ini bertemakan "Genting Stunting Mulai Kini” yang dilaksanakan oleh Kelompok KKN Unsika 2024, dan di narasumberi oleh Jelita Putri Wulandari dan Ignatius Agung Prasetyo selaku Mahasiswa KKN dan dibantu oleh Ibu Nunung selaku bidan di Desa Sindangmukti. Kegiatan ini dampingi oleh Bapak Maulana Rafai selaku Dosen Pembimbing Lapangan KKN Desa Sindangmukti. 

Input sumber gambar

Input sumber gambar

Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi yang berakibat pada pertumbuhan anak (pertumbuhan tubuh dan otak). Sehingga anak lebih pendek (kerdil) dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Dikutip dari Kemenkes RI (2018) kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).

Dalam upaya pencegahan stunting, hal yang diprioritaskan ini juga utamanya adalah Ibu Hamilnya itu sendiri. Pasalnya, mencegah stunting pada anak perlu dilakukan sejak masa kehamilan. Karena kalau nutrisi ibunya saja tidak terpenuhi dengan baik, bagaimana dengan bayi yang terkandung dalam janin. Anak yang mengalami masalah pertumbuhan sejak di dalam kandungan akan berisiko mengalami stunting pada saat balita kelak.

Dalam hal ini daerah di Jawa Barat masih berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, ditemukan bahwa prevalensi balita stunting di Jawa Barat mencapai 20,2% pada tahun 2022 masih belum memenuhi target yang dibuat oleh WHO. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting diantaranya yaitu status gizi balita, ketahanan pangan keluarga, kelengkapan imunisasi balita, pemberian ASI ekslusif, masalah kesehatan atau riwayat penyakit infeksi pada balita, tinggi badan ibu, serta lingkungan di sekitar rumah.

Peserta dari kegiatan sosialisasi pencegahan stunting ini yaitu ibu-ibu yang tinggal di desa Sindangmukti, yang sangat antusias dari awal hingga penghujung acara dan mereka merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan sosialisasi ini, serta memberikan wawasan baru bagi masyarakat Desa Sindangmukti khususnya ibu-ibu peserta posyandu Cempaka 3.

Input sumber gambar

Input sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline