Lihat ke Halaman Asli

Dunia Berbeda *

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"aaaaaaaaaaaaa" teriak aku ngos-ngosan, "tuhan, mimpi itu makin nyata"helaku dalam hati

yepp, udah semingguan ini aku mimpi ada di dunia berbeda dalam hidupku, aku seperti ada di dalam keadaan yang aku yakin itu ga mungkin.

malam itu, malam paling bahagia buatku.

hmm udah hampir setahun aku ga pernah berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga ku, ya begitulah nasib seorang anak perantauan.

tapi akhirnya malam membawa aku pulang ke rumah.

ke tempat dimana aku menghabiskan sebagian besar hidupku. tempat dimana aku di perkenalkan tentang dunia ini.

"selamat dataaaang anakku, rumah ini selalu menyambutmu dengan hangat" sapa ayahku ramah ketika pertama kalinya aku menginjakkan kakiku di depan pintu rumah.

peluk haru biru keluargaku memaksa air mata ini harus mengalir, padahal seingatku sudah hampir setahun semenjak aku pergi merantau, aku hampir lupa bagaimana rasanya mengeluarkan air mata itu.

terlalu keras hidupku di sebuah perantauan, terlalu mandiri hidupku disana.

sampai-sampai ngga ada lagi kesempatanku untuk menangis apalagi terpuruk.

"rumah ini selalu menunggu kamu sayang, pintu ini selalu terbuka untukmu" kata ibuku menahan tangis bahagianya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline