Lihat ke Halaman Asli

Menguak Sepak Terjang Sudirman Said Sebelum Jadi Menteri ESDM

Diperbarui: 24 November 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nama Sudirman Said (SS) menjadi perbincangan belakangan ini setelah menjadi whistle blower dalam kasus pencatutan nama Jokowi-JK oleh Setyo Novanto (SN) kepada Freeport. Siapa sebenarnya Sudirman Said ini sebelum menjadi menteri ESDM?

Anak kampung dari Brebes ini adalah alumni STAN. Berbekal pendidikannya dia kemudian melakukan manuver untuk jadi salah satu orang penting dalam industri migas nasional. Tapi, semuanya dia capai tidak dengan cara yang bersih. (baca)

Setelah membuka rekaman pencatutan nama itu, Sudirman dielu-elukan publik sebagai pemberantas mafia migas. Apalagi dia dikenal sebagai aktivis Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI). (BacaBaca)

Melalui MTI pula, Sudirman merintis karir politiknya yang dia awali dengan terlibat dalam penataan bisnis TNI, sebagai amanat UU Pertahanan. Mencitrakan diri sebagai orang bersih, SS mampu menjalin hubungan baik dengan tokoh bisnis, militer, dan politik. (baca)

Endriartono Sutarto, panglima TNI era SBY saat SS menjadi anggota tim penataan bisnis TNI mampu dia perdaya untuk selalu percaya dengan mulut manisnya. Sang panglima pula yang akhirnya membuka jalan baginya untuk berkarir di Pertamina.

Endriartono menitipkan namanya kepada Ari Sumarno, Dirut Pertamina saat itu. SS pun diangkat menjadi Senior Vice President (SVP) untuk Integrated Supply Chain (ISC). (baca).  Dia tak paham migas tapi dianggap kompeten di bidang peningkatan kualitas SDM. Yang lebih penting, dia dekat dengan Endriartono Sutarto. Tanpa kedekatan itu, mustahil SS bisa berkarir di Pertamina. Walau antikorupsi, tak masalah bisa berkarir karena nepotisme.

Walaupun kualitasnya biasa saja, dia disukai bosnya karena jadi anak buah yang patuh. Mau menjalankan apa yang diinginkan bosnya.

Salah satu tindakan beraninya terjadi pada November 2008. Bersama Daniel Purba, Vice Presiden ISC, yang membantu kinerjanya selama di Pertamina, SS terbang ke London untuk bertemu dengan Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya yang difasilitasi oleh Concord Energy. (baca)

Dalam pertemuan tersebut, SS melakukan deal dengan Perusahaan Migas Libya. Penandatanganan Sales and Purchase Agreement atas nama ISC Pertamina untuk volume 4 juta barel minyak mentah dengan harga yang telah diatur. Concord Energy, yang mana Ari Sumarno (dirut Pertamina saat itu) punya saham 35%, dapat keuntungan dalam kesepakatan ini. Bukan tidak mungkin SS juga menerima bagiannya. (baca)

Tindakan SS ini jelas menyalahi aturan. SS menyalahi prosedur tata cara pengadaan minyak di Pertamina. Klausul penunjukan langsung tidak diperbolehkan dan harus dengan mekanisme tender.

Tahu apa yang dilakukannya salah, SS sudah siap berkilah dengan menyatakan apa yang dilakukannya agar Pertamina bisa menghemat biaya pembelian minyak. Tak ada perantara jadi bisa hemat. Dia juga melakukannya dengan rapi. Transaksi dilakukan di luar negeri dan memiliki underlying documents yang lengkap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline