Lihat ke Halaman Asli

Raja Kecil Coba Tenggelamkan Media Lokal Lewat Pengaruh Media Nasional.

Diperbarui: 18 Oktober 2024   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

UPAYA "RAJA KECIL' TENGGELAMKAN MEDIA LOKAL LEWAT MEDIA ARUS UTAMA.

Judul yang kami pasang di atas lebih spesifik lagi biar anda tidak bertanya-tanya, adalah raja kecil tingkat "kabupaten", itu yang kami maksud.

Mungkin anda bertanya lagi, kabupaten yang mana? Maaf, kalau yang itu kami simpan di kantong kami saja, soalnya rada-rada ngeri ceritanya ini. Kabupaten ini pun ada periode-periodenya, jadi, tergantung situasi siapa yang berkuasa. Kadang kala kabupatennya bebas dari singgungan artikel ini bila si "raja kecil" daerahnya berganti.

Ini adalah tentang Kabupaten yang dipimpin seorang yang "sukses" memasang sanak famili dan penjilatnya yang tak berkompeten di segala lini pemerintahan (jadi pejabat) daerahnya sampai ke wakil rakyat (legislatif) daerah.

Untuk naik ke puncak kekuasaan daerah pun pemimpin ini sukses dari menghambur duit politik uang dahulunya, satu kabupaten masih ingat tapi satu kabupaten juga tidak keberatan.

Camat, lurah, hingga Ketua RT menjadi Tim Pemenangan karena ingin naik strata, bukan karena dibayar. Dilaporkan? Siapa yang berani, beberapa lembar duitnya saja hukum bisa diputar balik di negeri yang termasuk terkorup di dunia.

Dari penambal ban hingga ulama semua pura-pura tidak tahu apa yang terjadi di daerah ini.

Kemana media-media, wartawan, LSM? Aeeeh...diantara mereka akan diam seribu bahasa bila dimanjakan dengan Kontrak Berita atau proyek bernilai ratusan juta rupiah. Katanya.

Saat ini, di jaman internet dan digital ini, hidup sudah seperti mengharuskan untuk konsumtif atau banyak pengeluaran sehari-hari. Baru-baru ini sampai air galon pun dituduh sebagai penyebab kelas menengah terancam miskin. Rakyat rata-rata memang sudah menjadi "anak manja". Untuk mau merebus air saat ini sudah jadi manusia langka.

Saat memulai mengetik paragraf pertama untuk kritik sosial saja sudah dibayangi ancaman biaya hidup satu jam ke depan. Makanya sukar dicari orang idealis dan berintegritas di jaman ini.

Iya tetap ada orang-orang kritis, namun jumlah mereka terlalu sedikit dan bisa pula kritis hanya karena dendam politik saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline