Lihat ke Halaman Asli

Arca Tanpa Kepala di Candi Gayatri - Tulungagung

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar nama Gayatri, benak kita umumnya tertuju pada sosok seorang perempuan cantik. Namun Gayatri yang satu ini adalah nama sebuah arca dan sekaligus juga nama Candi di dusun Boyolangu, kelurahan Boyolangu, kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Candi ini menghadap ke arah barat dan ditemukan pada tahun 1914 dalam keadaan tertimbun tanah Karena itu Candi Gayatri ini juga disebut dengan nama Candi Boyolangu. Pada bagian tangga batu candi ini terdapat tulisan angka 1289 Ç (1367 M) dan 1291 Çaka (1369 M).

Diduga tulisan angka tahun itu kemungkinan dipakai untuk menandai tahun pembuatan dari Candi Gayatri, yaitu pada zaman kerajaan Majapahit.

Di dalam kawasan candi ini terdapat satu candi induk dan dua candi perwara di sebelah selatan dan utaranya. Candi induk berukuran 11,40 m x 11,40 m.

Di dalamnya terdapat arca Gayatri , yaitu arca wanita perwujudan dari ratu Sri Rajapatni, nenek dari raja Hayam Wuruk.

Arca itu berukuran panjang 1,1 m, lebar 1 m dan tinggi 1,2 m.

Arca Gayatri itu bertatahkan cukup halus dan rapi. Sayang kepala arca ini tak berbekas dan hilang entah kemana .

Bentuk arca menggambarkan perwujudan Dhyani Budha Wairocana dengan duduk diatas padmasanan (singgasana)berhiasdaun teratai. Sikap tangan arca adalah Dharmacakramudra (mengajar).

Pada candi perwara di sebelah selatan terdapat Arca Nandi, Arca Dwarapala dan arca Mahisasura Nandini. Pada candi perwara di sebelah utara terdapat dua patung yoni yang disangga oleh kepala Naga, arca Ganesa dan sebuah Patung Jaladwara.

.

Bangunan pertama disebut dengan bangunan induk perwara, karena bangunan ini berukuran lebih besar dibanding dengan bangunan kedua bangunan lainnya. Letak bangunan ini ditengah bangunan lainnya.

Bangunan induk perwara terdiri daridua teras berundak yang hanya tinggal bagian kakinya. Bentuk bangunan berdenah bujursangkar dengan panjang dan lebar 11,40 M dengan sisa ketinggian kurang lebih 2,30M ( dengan mengambil sisi selatan ).

Sedangkan sifat, nama dan tempat bagunan disebutkan dalam kitab Kesusastraan Nagarakertagama karangan Mpu Prapanca (masa Majapahit Pemerintahan Raja Hayam Wuruk ) bahwa di Boyolangu terdapat bangunan suci (candi) beragama Budha dengan nama Prajnaparamitapuri.

Bangunan perwara yang kedua berada di selatan bangunan induk. Keadaan bangunan hanya tinggal bagian kaki dan berdenah bujursangkar dengan ukuran panjang dan lebar 5,80 m.

Adapun bangunan perwara ketiga berada di utara bangunan induk perwara. Kondisi bangunan sudah runtuh dan berdenah bujursangkar dengan ukuran panjang dan lebar masing – masing 5,80m.

Melihat bentuk candi yang cukup mungil itu rasanya tidak seimbang dengan adanya beberapa umpak berukuran cukup besar disana. Karena umpak batu itu biasanya digunakan sebagai alas penyangga sebuah bangunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline