Ornamen yang berbentuk patung gajah dan berwarna abu-abu itu cukup unik dan menarik. Selain berada di halaman depan sebuah rumah kuno yang sangat besar dan megah, posisi patung gajah itu justru membelakangi jalan raya yang ada di bagian depannya. Sehingga jika dipandang dari bagian luar rumah, patung gajah itu hanya tampak bagian belakangnya saja. Nikmatnya Oleh-oleh Khas Tuban Hal itu tentu terasa aneh dan tak lazim dibandingkan dengan ornamen patung penghias rumah lainnya yang biasanya ditempatkan dengan posisi patung menghadap ke bagian depan rumah. Keunikan itulah yang saya jumpai di Rumah Gajah Mungkur di Kota Gresik - Jawa Timur. Di taman halaman depan rumah yang disebelah timur terdapat sebuah patung berbentuk gajah yang terbuat dari batu. Patung gajah itu cukup unik karena posisinya yang tidak menghadap ke muka, namun berlawanan dengan arah hadap rumah dan membelakangi jalan raya.Posisi yang demikian itulah yang dalam bahasa Jawa disebut dengan ‘ Mungkur ‘ ( membelakangi ), sehingga rumah ini kemudian dikenal dengan nama Rumah Gajah Mungkur. Rumah Gajah Mungkur berada di jalan Nyi Ageng Arem-Arem, sekitar 500 meter dari Pasar Gresik. Ada kisah yang menarik berkaitan dengan patung Mungkur itu karena konon pada masa lampau sang pemilik rumah sengaja menempatkan patung gajah itu dalam posisi terbalik untuk ' Jor-joran ' ( saling bersaing ) menunjukkan kekayaannya dengan rumah yang ada di depannya. Dengan posisi patung gajah yang dipasang terbalik itu bisa diartikan kekayaan pemilik rumah di depannya itu tak ada artinya sama sekali dengan kekayaan yang dimiliki oleh tuan rumah Gajah Mungkur. Tetapi salah seorang anak dari pemilik Rumah Gajah Mungkurmenepas anggapan itu dan memberikan penjelasan yang berbeda. Menurutnya, patung Gajah itu dulu sengaja ditempatkan dalam posisi ' Mungkur ' ( membelakangi ) agar bisa dipandang dan dinikmati sosoknya sambil duduk bersantai dan bercengkerama di teras rumah. Selain bentuknya yang unik , indah dan megah , berbagai kisahnya yang menarik tentang Rumah gajah Mungkur ini juga turut mewarnai tentang sejarah kota Gresik di masa lampau. Konon pula, pada masa lampau pemilik rumah Kuno itu pernah mengundang Ratu Yuliana dari Kerajaan Belanda untuk datang ke Rumah Gajah Mungkur dan menikmati keindahan bangunannya.Rumah Gajah Mungkur yang sangat luas itu sampai saat ini masih terawat dengan baik. Namun karena saat ini masih ditempati oleh ahli warisnya, rumah itu terkesan ‘ private ‘ dan tertutup untuk umum. Sehingga kita bisa melihat dan mengagumi keindahan bagian depan rumah megah itu dari halaman luar saja tanpa bisa menyimak keindahan di dalam ruangan-ruangannya. Rumah Gajah Mungkur yang didirikan tahun 1896 ini berarsitektur gaya kolonial. Dengan warna merah dan kuning yang mencolok, bangunan lawas itu tampak berbeda dengan rumah-rumah lain di kawasan Pekelingan. Di kaca pintu depan tertulis H Djaniya bin H Djaelan bin H Oemar., pedagang besar pada masa lalu.Kisah tentang rumah gajah Mungkur ini diawali pada tahun 1855 ketika H. Oemar bin Ahmad, warga keturunan Arab, yang dikenal sebagai pedagang kulit mendirikan rumah di daerah ini.Di samping pedagang kulit H. Oemar juga mengusahakan penangkaran burung walet.
Tahun 1861, setelah usaha kulitnya semakin maju, dia mendirikan dua rumah lagi di sebelah kiri rumahnya yang pertama.Tahun 1896, ketika kesehatan dan kekuatan H. Oemar mulai menurun, dia menginginkan anak-anaknya untuk meneruskan usaha perkulitannya.
Dari tujuh anak H. Oemar, lima di antaranya (Asnar, H. Djaelani, H. Djaenaeddin, H. Maechsin dan H. Abdoel Gaffar) melanjutkan usaha ayahnya. Dua anak H. Oemar lainnya (Marhabu, Abdullah anak kedua dan ketiga), memilih usaha lain yaitu penyamakan kulit.
Dari hasil pabrik penyamakan kulit, ditambah dari hasil penjualan liur walet, keluarga turunan H. Oemar bin Ahmad berhasil mendirikan sederetan rumah di kampung kemasan yang saling berhadapan. Bangunannya memiliki keunikan arsitektur yang pada periodisasi tertentu menjadi ikon kemajuan kota Gresik.
Gaya arsitektur rumah-rumah itu beragam, ada yang bergaya kolonial (Belanda), Otina, Melayu dan Jawa yang sekarang usianya rata-rata 100 tahun lebih. Bangunan yang paling menonjol di kawasan Peranakan ini adalah rumah tinggal Gajah Mungkur milik H. Djaelani, putra keempat H. Oemar bin Ahmad.
Rumah Gajah Mungkur itu konon sudah berusia 156 tahun dan memiliki arsitektur yang indah dengan berbagai ornamennya. Di kompleks rumah Gajah Mungkur itu terdapat dua bangunan rumah yang memiliki warna , gaya dan bentuk rumah yang berbeda.
Rumah yang berada di sebelah barat berwarna krem dengan berpadu warna oranye dengan ornamen pada luarnya yang lebih simple dan terkesan lapang.
Sedangkan rumah yang berada di sebelah timur berwarna krem berpadu dengan warna hijau tosca dengan ornament yang tampak lebih rumit dan terkesan padat. Entah kenapa kedua rumah yang berada di satu lokasi itu diberi warna yang berbeda , bentuk , arstiktur dan ornament yang berbeda.
Keberadaan Rumah Gajah Mungkur yang bersejarah ini seolah menjadi ikon kota gresik yang bisa menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Kota yang terkenal dengan kue ‘ Pudak ‘ sebagai makanan khasnya ini.
Free Trial 41.000 Movies + TV Episode = Amazon Prime
Jenazah Utuh Terkubur 35 Tahun
The Sound Of Indonesia - Addie MS Main Game = Dapat Dollars Instant Access To Get Freelancer Jobs Menambang Uang Melalui Facebook dan Twitter Peluang Mendapatkan Dollar Via Internet Museum Santet Di Surabaya Tips Memasang Iklan Di Blog Share Status di Fb/Twitter Dapat Komisi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H