Mahkota Raja itu sungguh sangat indah dan menawan. Bentuk dan desainnya yang artistik berpadu harmonis dengan kilau warna emasnya. Yang mengagumkan lagi, pembuatan mahkota Raja itu membutuhkan emas sebanyak 2 kilogram. Mahkota emas itu adalah salah satu dari beberapa mahkota emas milik Kesultanan dan Kerajaan yang menjadi koleksi Museum Nasional Indonesia , The Museum Of Fine Arts di Amerika dan sebuah mahkota kerajaan yang tidak jelas siapa pemiliknya karena dilelang melalui internet. Melalui situs Wilwatikta Online Museum, kita bisa menyimak keindahan maha karya pada mahkota-mahkota emas itu. 1. Museum Nasional Indonesia ( Museum Gajah ) Di museum yang beralamat diJalan Medan Merdeka Barat no.12 - Jakarta Pusat ini memiliki koleksi beberapa mahkota kesultanan dan kerajaan di nusantara yang sangat indah dan mengagumkan. Koleksi itu terdiri Ketopong ( mahkota ) Kerajaan Kutai Kertanegara pada abad ke-19. Mahkota ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Sulaiman (1845-1899) dibuat oleh seniman lokal dan tukang emas dari Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Mahkota yang berbentuk Brunjungan ini merupakan salah satu simbol paling penting dari keberadaan kerajaan. Pembuatan mahkota membutuhkan hampir dua kilogram emas dan batu permata yang tentu bisa dibayangkan sendiri berapa nilainya jika diwujudkan dalam bentuk rupiah. Belum termasuk nilai dalam segi sejarah dan budayanya. Koleksi lainnya berupa Gelung Agung ( Mahkota ) dari istana Kerajaan Badung di Bali . Mahkota yang bermaterial emas, batu mulia dan batu permata ini dikenakan pada acara-acara upacara penting seperti dikenakan oleh pengantin pada pernikahan kerajaan. Selain itu juga dikenakan oleh penari pilihan dari istana saat melakukan tarian gambuh. Pada bagian depan mahkota dihiasi dengan berbagai bunga dari logam kecil. Sedangkan bagian belakang berbentuk gelung agung yang berbentuk segitiga dan terdapat tiga segitiga kecil yang dihiasi dengan 175 batu permata, ukiran kepala gajah, serta asti karang (batu khusus) yang diyakini memiliki kekuatan gaib untuk mengusir kejahatan Selain itu juga terdapat koleksi berupa Mahkota dari Kesultanan Siak Sri Indrapura asal Siak - Riau. Mahkota ini terdiri dari material berupa emas, batu mulia dan batu permata.Mahkota ini dibuat dari emas dan dihiasi permata, berlian dan batu mirah delima dengan motif filigri dalam berbagai teknik. Yang menarik, setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Sultan Syarif Kasim II menyatakan tunduk kepada pemerintah RI dan memberikan mahkotanya kepada pemerintah RI untuk kemudian diserahkan dan dipamerkan di Museum Nasional Indonesia. Koleksi lainnya berupa Mahkota Kerajaan dari Kesultanan Banten - Jawa barat pada abad ke-18. Bentuk mahkota seperti mangkok yang terbalik dengan dihiasi oleh motif ukir-ukiran.Mahkota ini bermaterial emas, batu mulia dan logam yang dilapisi sepuhan. Memiliki dimensi : 17.0 x 11.5 cm pada bagian terluar dari mahkota. 2. The Museum Of Fine Arts di Houston - USA. Mahkota ini bermaterial emas, batu ruby, sapphir, dan berlian. Memiliki dimensi 6 x 10 1/4 x 8 inches.Merupakan mahkota milik Ratu dari Kerajaan Singaraja di Bali pada abad ke -19. Pasda bagian atas mahkota tampak hiasan berupa rangkaian bunga. Sedangkan pada bagian depan mahkota berhias batu mulia yang beraneka warna. 3. Mahkota Emas Kerajaan Kahuripan Mahkota emas dengan hiasan batu permata ini merupakan mahkota dari Kerajaan Kahuripan di jawa Timur abad ke-10. Adanya ciri khas Kerajaan Kahuripan itu tampak pada elemen khas berupa ornamen sosok Garudamukha. Kerajaan KAHURIPAN didirikan oleh AIRLANGGA, beribukota di Wwtan yang berubah menjadi Wotan Mas di era Majapahit dan menjadi Wotan Mas Jedong pada saat ini. Kerajaan ini di lereng Gunung PAWITRAN atau disebut juga Gunung PENANGGUNGAN. Sepeninggal AIRLANGGA, kerajaan dibagi dua : Kerajaan DAHA dan Kerajaan JENGGALA. Sayang, tak terdapat informasi tentang siapa pemilik mahkota Kerajaan Kahuripan ini yang dilelang secara terbuka via internet. Mengetahui adanya arca emas jejak kebesaran kerajaan dan kesultanan yang berada di luar negeri itu tentu membuat banyak pihak merasa sedih dan prihatin. Tetapi melalui situsnya, Deddy Endarto berpesan agar : " Janganlah ditangisi bila artefak sejarah kita dimiliki Kolektor dan Museum ASING, mungkin itu dijarah saat masa penjajahan atau dijual orang kita sendiri atau bahkan anak keturunan yang sedang membutuhkan uang." “Amati dengan seksama, tangkap auranya dan ciptakan yang lebih indah dari itu. Mereka tidak akan pernah bisa menjarah bakat dan keluhuran yang diwariskan leluhur kita”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H