Lihat ke Halaman Asli

Mengagumi Indahnya Budaya Masa Lampau Di Candi Singosari

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar tentang sejarah dan budaya bangsa bisa dilakukan dengan banyak cara. Diantaranya dengan mengajak anak-anak untuk berkunjung ke tempat-tempat yang terdapat peninggalan sejarah dan budaya pada masa lampau. Salah satunya dengan berkunjung ke bangunan candi.

Begitulah yang saya jumpai ketika berkunjung ke Candi Singosari di Malang - Jawa Timur. Saat berada disana, saya menjumpai banyak pelajar tingkat sekolah dasar sedang asyik dalam menyimak dan menelusuri candi Singosari itu.

Mereka yang berasal dari sebuah sekolah dasar di daerah Batu Malang itu datang bersama guru pembinanya. Tak hanya menjadi penonton saja, anak-anak itu juga mendapat tugas untuk menggali informasi tentang Candi Singosari. Informasi itu mereka dapatkan dengan pengamatan langsung tentang apa saja yang terdapat di kawasan candi ini dan sejarah yang menyertainya.

Tentang informasi sejarah itu mereka dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung pada petugas Candi. Tampak sekali mereka sangat menikmati ketika melakukan wawancara itu dengan berteduh di bawah  rindangnya pohon maja.

Menurut Bapak Biantoro, guru pembina, kegiatan itu merupakan salah satu cara untuk mengajak dan mengenalkan sejarah dan budaya pada masa lampau pada anak-anak. Dengan berkunjung langsung ke lokasi Candi Singosari  itu diharapkan mereka bisa tahu tentang candi dan menumbuhkan perhatian, kepedulian dan kecintaan mereka.

Tentang dipilihnya Candi Singosari karena candi ini karena lokasinya yang hanya berjarak sekitar kurang dari 1 jam perjalanan dari daerah tempat tinggal mereka. Akses menuju lokasinya juga cukup mudah. Selain itu , candi ini juga tampak nyaman karena bersih dan terawat dengan baik.

Candi Singosari terletak didesa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini ditemukan pada sekitar awal abad 18 (tahun 1800-1850) dengan pemberian nama/sebutan Candi Menara oleh orang Belanda.  Mungkin pemberian nama ini karena  bentuknya yang menyerupai menara. Sempat juga diberi nama Candi Cella oleh seorang ahli purbakala bangsa Eropa dengan berpedoman adanya empat buah celah pada dinding-dinidng dibagian tubuhnya.

Menurut laporan dari W. Van Schmid yang mengunjungi candi ini pada tahun 1856, penduduk setempat menamakannya  Candi Cungkup atau  Candi Singosari karena letaknya di Singosari dan adapula sebagian orang  yang menyebutnya dengan Candi Renggo karena letaknya didesa Candirenggo.

Menurut laporan tertulis dari para pengunjung Candi Singosari dari tahun 1803 sampai 1939, dikatakan bahwa Candi Singosari merupakan kompleks percandian yang luas. Didalam kompleks tersebut didapatkan tujuh buah bangunan candi yang sudah runtuh dan banyak arca berserakan disana-sini. Salah satu dari tujuh candi yang dapat diselematkan dari kemusnahan adalah candi yang sekarang kita sebut Candi Singosari. Adapun arca-arcanya banyak yang dibawa ke Belanda, sedangkan arca-arca yang saat ini berada dihalaman Candi Singosari sekarang ini, berasal dari candi-candi yang sudah musnah itu.

Bentuk bangunan Candi Singosari sendiri cukup menarik dan istimewa, karena candi itu seolah-olah mempunyai dua tingkatan. Seharusnya bilik-bilik candi berada pada bagian badan candi, tetapi pada Candi Singosari justru terdapat pada kaki candi. Bilik-bilik tersebut pada awalnya juga terdapat arca didalamnya yakni disebelah utara berisi arca Durgamahisasuramardhini, sebelah timur berisi arca Ganesha dan dibagian selatan terdapat arca Resi Guru yang biasa terkenal dengan sebutan Resi Agastya.

Tetapi  saat ini hanya tinggal arca Resi Agastya saja, sedangkan arca lainnya telah dibawa ke Leidan - Belanda. Alasan mengapa arca resi Agastya tidak dibawa serta ke Belanda adalah mungkin dikarenakan kondisinya yang sudah rusak cukup parah, sehingga tidak layak dibawa sebagai hadiah kepada penguasa negeri belanda pada saat itu.

Hal lain yang menarik yang lainnya  adalah ornamen dan hiasan candi. Umumnya bangunan candi dihias dengan hiasan yang rata pada seluruh badan atau bagian candi. Pada Candi Singosari kita tidak mendapatkan hal yang demikian. Hiasan Candi Singosari tidak seluruhnya diselesaikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Candi Singosari dahulu belum selesai dikerjakan tapi kemudian ditinggalkan.

Sebab-sebab ditinggalkan tersebut dihubungkan dengan dengan adanya peperangan, yaitu serangan dari raja Jayakatwang dari kerajaan Gelang-gelang terhadap Raja Kertanegara kerajaan Singhasari yang terjadi pada sekitar tahun 1292. Serangan raja Jayakatwang tersebut dapat menghancurkan kerajaan Singhasari. Raja Kertanegara beserta pengikutnya dibunuh.  Diduga  karena masa kehancuran (pralaya) kerajaan Singhasari itulah, maka Candi Singosari tidak terselesaikan dan akhirnya terbengkalai.

Belum selesainya bangunan candi ini bermanfaat juga bagi kita yang ingin mengetahui teknik pembuatan ornamen (hiasan) candi. Tampak bahwa hiasan itu dikerjakan dari atas ke bawah. Bagian atas dikerjakan dengan sempurna, bagian tubuh candi (tengah) sebagian sudah selesai sedangkan bagian bawah sama sekali belum diselesaikan.

Di halaman Candi Singosari masih terdapat beberapa arca yang tersisa, beberapa diantaranya berupa tubuh dewa/dewi meskipun bisa dibilang tidak utuh lagi. Bahkan terdapat satu arca Dewi Parwati yang memiliki bagian kepala yang terlihat "aneh". nampaknya bagian tersebut bukan merupakan kepala arca yang sebenarnya. Karena kepala arca yang sebenarnya diduga putus dan raib entah kemana.

Keberadaan candi Singosari ini menjadi salah satu jejak tentang indahnya budaya dan peradaban budaya pada masa lampau di nusantara tercinta.Apalagi tak jauh candi ini juga terdapat dua arca Dwarapala yang juga menarik dan bersejarah.Kisah selanjutnya tentang Arca Dwarapala itu bisa Anda baca dengan langsung klik Link berikut ini  : Raksasa Yang Menyeramkan Di Singosari ..==================== Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini : Peluang Rezeki Tambahan  Via Online Tips Memasang Iklan Di Blog Share Status di Fb/Twitter Dapat Komisi Jenazah Utuh Dimakamkan 35 Tahun Di Tuban

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline