Lihat ke Halaman Asli

Makam Sunan Ampel yang Berbeda di Surabaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejuta rasa heran dan perasaan saya ketika berkunjung ke wisata religi Makam Sunan Ampel di kota Surabaya - Jawa Timur.Betapa tidak, walau merupakan salah satu dari Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di nusantara, makam beliau sangat sederhana sekali. Makam itu hanya berselubung kain putih pada batu nisannya dan dibatasi oleh pagar besi yang biasa dan terbuat dari aluminium steel saja.Tak ada cungkup makam atau ornamen lainnya yang melindungi makamnya sehingga peziarah bisa melihatnya secara langsung. Tentu saja makam itu terkena derasnya air hujan atau panasnya cahaya matahari.

Begitu pula dengan gapura-gapura yang harus dilewati juga tampak sederhana tanpa ada ornamen-ornamen apapun yang menonjol.Entah hal apa yang menjadikan makam Sunan Ampel itu begitu sangat bersahajanya.Keadaan makam Sunan Ampel yang sederhana itu tentu berbeda jauh dengan makam para Walisongo lainnya.

Wisata religi ini berada sekitar 500 meter ke arah timur laut dari kawasan Jembatan Merah. Banyak akes jalan untuk menuju ke makam Sunan Ampel yang bisa ditempuh baik dari sisi timur, selatan, barat dan utara.Semuanya bermuara pada makam Sunan Ampel dengan masjidnya yang bangunannya tampak klasik.

Bila ditempuh dari sisi timur, makam Sunan Ampel berjarak sekitar 300 meter dari jalan raya dengan aktifitas dan lalu lintas  yang cukup padat. Di tepi jalan raya itu tampak sebuah gerbang yang berukuran tidak terlalu besar.

Di sepanjang jalan masuknya banyak terdapat kios-kios yang dengan berbagai jenis dagangan,  terutama yang berkaitan dengan dunia Islam.Ada juga deretan kios yang menjual berbagai jenis buah kurma.

Sunan Ampel bernama asli  Raden Mohammad Ali Rahmatullah,  merupakan seorang figur yang alim, bijak, berwibawa dan banyak mendapat simpati dari masyarakat.

Sunan Ampel diperkirakan lahir tahun 1401 di Champa, Kamboja. Sejarah mencatat, Sunan Ampel adalah keturunan dari Ibrahim Asmarakandi yang makamnya berada di Kecamatan Palang - Kabupaten Tuban.

Saat berusia 20 tahun, Raden Rachmat memutuskan untuk pindah ke Tanah Jawa, tepatnya di Surabaya yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Majapahit di bawah Raja Brawijaya yang dipercaya sudah beragama Islam ketika berusia lanjut itu.

Di usianya 20 tahun, Sunan Ampel sudah dikenal pandai dalam ilmu agama, bahkan dipercaya Raja Brawijaya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Surabaya. Tugas khususnya adalah untuk mendidik moral para bangsawan dan kawula Majapahit.

Untuk itu Raden Rachmat dipinjami oleh Raja Majapahit berupa tanah seluas 12 hektar di daerah Ampel Denta atau Surabaya untuk syiar agama Islam. Karena tempatnya itulah, Raden Rachmat kemudian akrab dipanggil Sunan Ampel.

Sunan Ampel memimpin dakwah di Surabaya dan bersama masyarakat sekitar membangun masjid untuk media dakwahnya yang kini dikenal sebagai Masjid Ampel. Di tempat inilah Sunan Ampel menghabiskan masa hidupnya hingga wafat tahun 1481 dan makamnya terletak di sebelah kanan depan masjid Ampel.

Makam Sunan Ampel yang banyak di datangi oleh para peziarah itu berada di sebelah barat Masjid Agung Sunan Ampel. Makamnya berdampingan dengan makam istri pertamanya yang bernama Nyai Condrowati.

Di sekitarnya dikelilingi oleh makam-makam kuno lainnya yang merupakan makam para kerabat dan pengikut Sunan Ampel.

Sedangkan tepat di belakang masjid Agung Sunan Ampel terdapat makam Shonhaji atau biasa disebut Makam Mbah Bolong yang juga dikeramatkan dan banyak didatangi oleh para peziarah.

Di sudut sebelah barat makam Sunan Ampel terdapat deretan gentong yang berukuran cukup besar tempat untuk menampung air. Banyak pengunjung yang menampung air itu pada wadah botol untuk menggunakannya dalam berbagai keperluan. Bahkan tak jarang banyak juga pengunjung yang langsung meminum air mentah itu.

Oya, di sekitar kawasan makam Sunan Ampel ini juga terdapat banyak rumah-rumah kuno yang dihuni oleh warga beretnis Arab. Rumah itu memiliki bentuk dan arsitektur yang unik dan khas. Ada juga penjual kuliner yang khas berupa kue Apem Arab yang mirip dengan kue pukis tetapi berukuran cukup besar.

Kue yang berukuran sekepalan tangan orang dewasa ini seharga Rp 2.500 per buah.Memakan kue Apem Arab ini walau hanya sebuah saja dijamin akan mengenyangkan perut Anda. Baca juga dan Klik artikel menarik berikut ini : Hanya Karena Minum Kopi Bisa Berangkat Umrah Gaun Pengantin Terbuat dari 9999 Kuntum Mawar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline