Lihat ke Halaman Asli

Akselerasi Dihapus, Tempat Anak Berbakat Angus ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dirjen Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa program akselerasi akan dihapus mulai tahun ajaran 2015-2016. Penghapusan ini terkait dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang lebih fokus pada kompetensi belajar siswa, dan juga menghilangkan diskriminasi antara anak yang pandai dan yang biasa biasa saja

Adapula hal lain yang menjadi pertimbangan lain seperti: (1) banyaknya kelas akselerasi yang tidak berlandaskan IQ namun berlandaskan nilai,(2) siswa tidak memiliki waktu untuk membangun kepribadian secara sosial.

Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk anak berbakat. Karena anak berbakat pada dasarnya mempunyai kebutuhan yang berbeda dari anak-anak lain pada umumnya. Seperti, mereka yang mudah bosan, dan rasa ingin tahu yang tinggi,disini menunjukkan kehausan mereka akan hal-hal yang baru dan menarik untuk dipelajari. Dalam hal sosial, anak anak berbakat juga menunjukkan sikap sosial mereka cenderung lebih suka bergaul dengan sesama mereka atau sama sama berbakat dan juga dengan orang yang lebih dewasa atau pengalaman lebih.

Menurut Harjaningrum (2007) kelas percepatan dapat dilaksanakan dengan bentuk percepatan melalui pelayanan individu. Cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri. Kesulitannya ialah pengaturan andsminitrasi sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajar karena hanya memberikan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan akan timbul kesulitan dalam penyesuai diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebaya. Ada pula dengan cara mengikuti pembelajaran dikelas yang lebih tinggi. Siswa memiliki peluang untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang diprogramkan di kelas yang lebih tinggi. Pelung yang diberikan itu dapat mempercepat penyelesaian studi siswa.

Dari penjelasan diatas dapat direkomendasikan untuk sekolah sekolah yang peduli dengan siswa siswa berbakatnya dapat menggunakan kelas pendalaman minat, hal ini sama pada tingkatan SMA sederajat pada umumnya. Siswa dapat memilih program IPA, IPS, bahasa dan budaya, atau keagamaan dengan masa tempuh 3 tahun. Namun yang menjadikan berbeda yaitu adanya kerjasama antara sekolah dengan perguruan tinggi yang disesuaikan dengan bidang keilmuan. Program atau sistem ini juga diatur dalam Permendikbud 64/2014

Satu lagi yaitu sekolah dapat menggunaka SKS atau sistem kredit semester. Beban belajar 1 sks meliputi 1 jam pembelajaran tatap muka, 1 jam penugasan terstruktur, dan 1 jam kegiatan mandiri. Jadi sekolah memberikan patokan beban total sks yang harus ditempuh dengan efektivitas waktu yang ada serta tenaga pengajar yang mumpuni. Beban sks total ini nanti diperinci per-mata pelajaran yang harus ditempuh untuk siswa dalam penguasaan materi, seperti contoh Matematika 1 (logaritma, aljabar 1, peluang) 6 sks dan lain sebagainya, yang nantinya menjadi sks total yang diambil selama 1 semester. Kuota sks semester selanjutnya juga dipengaruhi oleh nilai sebelumnya, sehingga siswa tidak bisa mengambil mata pelajaran dikarenakan kuota sks tidak memenuhi, namun siswa dapat mengambil mata pelajaran lain bahkan itu diatas tingkatannya (lebih tepatnya sistem kredit semester seperti perkuliahan). Jumlah ruangan juga harus memenuhi dikarenakan kelas berupa kelas terbang atau berpindah sesuai mata pelajaran. Fasilitas fasilatas juga dipenuhi standart kebutuhan siswa

 

Pada umumnya di Indonesia kelas akselerasi atau kelas khusus 1 sekolah dengan kelas reguler sehingga terjadi kesenjangan antara mereka. Dari penghapusan kelas akselerasi juga diharapkan membuat siswa siswa cerdas dan istimewa memberikan pengaruh positif pada teman teman lainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline