Lihat ke Halaman Asli

Di Balubur, Selepas Kelokan Pasopati

Diperbarui: 21 Mei 2016   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari tadi panas
Saat pandangan mendadak riuh
saling silang dalam ketidakteraturan
yang mengular di sepanjang jalan
berpagar Ki Hujan

Sepasang kekasih
erat menempel di matik merah
berlaju lambat

sementara mataku
mungkin juga puluhan pasang mata lainnya
masih malu-malu mengintai

kontur tubuh tak berkarvak
hampir tumpah di jok belakang
sesekali bergoyang,
melawan goncang dan gravitasi

semerbak aroma buah surga
merebak, tercium dan terhidu
pengap adalah efek samping yang menyesak
setelah sesaat lalu, praduga tertuju pada polusi
atau panas teriknya mentari

mungkin kami mabuk
terdampak halusinasi
atau sekadar intuisi
dari perangai urat syahwat
yang menjajah

ahh, barangkali asam pedas cuka pempek
yang mashyur seantero Dipati Ukur
adalah penawar racun paling mujarab
dari efek wangi buah khuldi
penyebab rangsang
dan tensi yang semakin mengubun

~hers,020516

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline