Sejak musim dingin enggan beranjak
di ruang kosong. Aku getol bersajak
perihal bulan yang tergantung
di dinding kamar. Ia menjelma
almanak bergambar
:kenangan yang sama.
Jantungku yang masih waras
beradu sakti dengan waktu,
berdegup lebih kencang
merespon reaksi kejut
setiapkali menanti,
menyaksikan bulan beranak
anak angka yang ditanggalkan,
begitu saja.
Sementara bola mata
samar-samar kabur
dari kepungan senja yang riuh
di luar. Aku menjadi rabun
membaca kenyataan.
Dan waktu enggan mengalah
Ia membius lewat ketukan
reggae yang lena
hingga aku tak lagi dapat
terbaca kenyataan.
Kiranya benar,
hidup adalah ironi.
~hers,3516
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H