Lihat ke Halaman Asli

Riwayat

Diperbarui: 16 Mei 2016   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

perihal anak-anak waktu yang kita telan bersama
atas nama lampah telah membujur di alam lalu
berkedip bak kunang-kunang yang diam
diam bersembunyi di balik daun.
ia lelah pendarkan cahaya di jagat hening
sebab hening semakin menyudutkan
ke sudut yang paling senyap bersama angin
dan perjalanan hanyalah sederet kata
yang membuncah di tubir bibir
tentang mimpi,
perihal laku,
perkara peristiwa,
bahkan bermacam enigma
yang tak surut menuntut paham
meski kerap dibiaskan dalam sebidang tanya
mengertilah bahwa waktu adalah derap
langkah yang selalu menanggalkan jejak
dalam ruang yang bernama tujuan
adalah ketidakmungkinan untuk kembali
karenanya perjalanan hanyalah segaris proses
tentang kepergian seperti hslnys getas tangkai
yang pasti melepas kelambir tua
esok lusa tergulung ombak untuk meracik kisah baru
atau lautan yang tiba-tiba melayang merupa awan
lalu bertempias di puncak gunung menjadi mata air
menghilir atau berakhir di tempayan dan gelas-gelas tua
begitulah waktu,
terlahir sebagai rahim dari segala cerita 

~hers,011012 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline