Lihat ke Halaman Asli

Kisah Pemilik Kebun Sawit Malaysia yang Kena Tipu Pekerja Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Travelling ke Malaysia terus terang bukan urutan teratas dalam daftar "jalan-jalan impian" yang saya punya. Ah ngapain jalan ke negara tetangga yang suka mengusik kita. Lagian paling juga kondisinya ga jauh beda ama Indonesia. Begitu kira-kira pikiran saya saat pertama ngebahas liburan ke negeri jiran ini dengan teman. Tapi ternyata setelah didatengi, Malaysia tidaklah seburuk yang kita sangka. Soal kondisi negara, tentu saja mereka jauh di depan kita. Mo bandingin jalan waduh jangan sekali-kali. Mo bandingin ibukota apalagi. Cuman bukan itu yang mau saya bagi. Ini cerita lain. Dan bicara soal cerita saya banyak dapat hal-hal menarik di Malaysia.

Salah satunya saya dapat pada hari pertama di negara itu. Karena pesawat dari Indonesia dateng dini hari, saya dan teman menginap di sekitar bandara. Niatnya sih paginya bisa mampir di Putrajaya yang konon cukup mencengangkan itu.

So pagi itu habis sarapan kita segera menghampiri resepsionis untuk check-out sekalian nanyain transportasi ke Putrajaya.

"Ah you can take a taxi to Putrajaya. It's the only transportation available from here."

Ya apa bole buat. Jadi ingat semalem naik taxi bandara kena charge tengah malem. Kalau dirupiahkan dari bandara tarifnta 150 ribuan. Sial. "O oke can you call one please?"

"Wait a moment". Cewek resepsionis keluar berbicara dengan seorang bapak-bapak dan masuk dengannya.

"This one sir. It cost 25 ringgit".

Ga terlalu mahal ku rasa. "Oke we'll take it."

Resepsionis itu bicara lagi dengan bapak-bapak yang diajaknya masuk dalam bahasa Hokian. Waduh tanda-tanda akan ada kesulitan bahasa. Cuman tiba-tiba bapak itu bicara Bahasa Malaysia ke cewek resepsionis. "Tak bisekah cakap Base Melayu die?".

"Oh bisa-bisa Pak. Kita dari Indonesia. Udah ayo Pak jalan". Bapak itu tersenyum cerah merasa bebas ga harus berbahasa Inggris sepertinya.

Sampe di sebelah mobil Karimun atau apalah di Malaysia mirip-mirip gitu dia buka pintu dan kita melongok. "Whattt taxinya mobil begini?" Yeilehh ga niat amat ni Bapak narik taxi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline