Beberapa waktu lalu di grup Guru dikirimi gambar ini. Beberapa anak sekolah tertangkap hendak tawuran. Alat bukti celurit berhasil diamankan oleh petugas keamanan yang kebetulan di lokasi.
Bukan siswa sekolah kami, tapi ini jelas siswa Indonesia. Sebuah potret buram pendidikan Indonesia. Persoalan klasik yang tidak pernah selesai. Apakah sepenuhnya para siswa ini yang salah?. Tentu secara langsung memang mereka yang salah. Mereka yang melakukan aksi tindakan itu. Tapi bila meruntut secara jeli menyalahkan 100 persen mereka tidak juga tepat.
Aksi yang mereka lakukan sebab pendidikan masih bolong sana sini. Pendidikan belum bisa membawa mereka memahami dirinya. sehingga para Pelajar ABG tanggung ini mencari sesuatu yang bisa menunjukkan aktualisasi dirinya.
Pendidikan Indonesia masih minim infrastruktur yang bisa membuat para Pelajar terpenuhi hasratnya untuk mendapatkan identitasnya.
Ini PR bersama para Guru juga pemangku kebijakan diatas. Nyatanya ancaman sangsi oleh Gubernur siswa yang terlibat tawuran tidak akan mendapatkan KJP tidak mempan. Padahal rata-rata pelajar yang melakukan tawuran di dominasi pelajar dari keluarga kurang mampu. Dimana pendidikan mereka di topang oleh Kartu Jakarta Pintar.
Berarti ancaman tersebut tidaklah efektif karena bukan itu yang dibutuhkan siswa. Siswa diancam bagaiamana pun bila kebutuhan dasar sebagai remaja yang sedang membutuhkan identitas tidak terpenuhi maka itu semua akan sia-sia.
kuncinya perbaiki infrastruktur pendidikan, kurikulum yang memahami proses perkembangan manusia. Sarpras yang mendukung, tempat belajar yang nyaman. sekolah harus memenuhi fasilitas yang menunjang semua bakat minat siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H