Aku disalah satu tempat terjadinya tsunami Selat sunda di penghujung tahun 2018 yang menyisakan banyak kepiluan.
bukan saja tentang kehilangan, lebih dari itu kejadian ini merenggut dan merubah narasi mimpi banyak orang.
kala itu semilir angin senja telah purna, tergantikan gemerlap gemintang dan purnama yang begitu elok dipandang. Laut seperti biasa berirama, membuat sebagain orang yang tengah berlibur turut bermain bersamanya.
langit begitu cerah, paduan laut dan pantulan purnama begitu memukau. Disebrang sana ketika mata menyapu bersih luasnya laut yang seperti tak terbatas terlihat kelbatan cahaya yang tidak kalah menariknya, semua mata terpana melihat fenomena yang tidak bisa itu.
keindahan itu tiba-tiba sirna dalam hitngan menit, semua orang tercengang. sebab tidak tau apa sebabnya, semua berubah menjadi kepanikan. Mana tawa tadi, mana sawfoto tadi. semua tergantikan menjadi tragedi. kehilangan, tangisan, teriakan dan kepiluan melanda. dalam sekejab semua telah berubah.
Wajah yang cerah kini sayu, wajah yang manis, kini memucat, tawa yang renyah kini membisu, sebagian menangis sebagian terbujur kaku.
dan inilah sisa dari wajah tragedi itu, pantai yang indah kini tak nampak lagi, rumah yang berderet sebagian telah hancur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H