Ampli itu sudah di wakafkan untuk Tuhan di gunakan sebagai alat bantu menyeru adzan di tiap-tiap rumah ibadah. Tak ayal apapun yg bersangkutan dengan Tuhan akan selalu menyedot emosi yg begitu tinggi. Tentu hal wajar kita membutuhkan Tuhan, kita mahluk yg percaya kekuasaan Tuhan. Maka membelanya adalah mutlak sebuah keniscayaan meskipun Tuhan pun tidak minta di bela, paling tidak kita menunjukan diri bahwa kita berpihak menjalankan printah Tuhan.
Begitu kira-kira yang terpikir oleh setiap manusia, maka wajar ada banyak aksi masa yang melakukan pembelaan terhadap Tuhan, ketika Tuhan dalam bentuk simbol-simbol itu di lecehkan, ia simbolnya. Karena Tuhan bagaimanapun tidak bisa di lecehkan atau di hina adapun yg menghina itu hanya sebatas menghina simbol-simbol agama.
Ampli adalah simbol ketika fungsinya untuk agama. Maka menjadi bagian agama. Merusaknya apa lagi mencuri jelas telah menista agama. Maka wajar kasus tuduhan pencurian ampli mushola di bekasi harus sampai menghilangkan nyawa korban dan dengan sangat keji. Ia mereka sedang membela Agama, menghakimi manusia yang di tuduh telah menista agama. Adalah perbuatan mulia bagian dari jihad pikirnya begitu.
Maka wajar kasus di Jkt dulu menyedot 7 juta manusia untuk berkumpul, sebab kasusnya sama menista.
Sayangnya setiap aksi yang dilakukan mengatasnamakan Tuhan sering kali di landasi sikap emosional terlenih dahulu tanpa melakukan Tabayun, satu kata yang nampaknya hanya berakhir sebagai selogan semata.
Padahal itu sangat penting. Maka wajar bila kasus di bekasi menjadi pukulan telak bagi mereka para pembela Tuhan yang mengedepankan emosional, menghakimi sendiri dan membunuh manusia.
Lalu ketika semua telah terjadi apakah ini bagian dari ijtihad dimana benar mendapat 2 pahala, seandainya salah mendapat 1 pahala. Meski telah menghilangkan nyawa, menjadikan istrinya janda anaknya menjadi yatim. Atau manusianya yang terlalu jongkok memahami esensi perintah Tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI