Lihat ke Halaman Asli

Mimbar Jumat Teroris Moralitas

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KETIKA menyaksikan pemberitaan terkait perbuatan sangat tidak senonoh pasangan pelaku seni (artis) papan atas saya semakin sadar betapa nilai-nilai keumuran yang selalu dijargonkan sungguh tinggal sebatas slogan.

Betapa tidak, bangsa yang sejatinya menjadikan cuka dan agama menjadikan panduan hidup terutama mengingat sila pertamana adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Justru berprilaku sangat tidak sejalan dengan nilai-nilai yang oleh sejumlah kalangan dianggap sebagai agama itu.

Bahkan, lebih ironi lagi, para pihak yang diduga menjadi pelaku justru merasa tidak bersalah dan dengan santainya mengaku korban. Klaim sebagai korban semakin menjadi-jadi ketika sejumlah aktivis dan ro-haniawan agama tertentu menjadi garda depan sebagai pembela mereka dengan menyatakan bahwa mereka adalah korban. Jika aktivis biasa, saya maklumlah. Namun, seorang rohaniawan yang sejatinya mendukung upaya sakralisasi pernikahan sungguh di luar dugaan.

Sejatinya, meskipun dalam literatur agamanya terma zina berbeda dengan Islam, tidak sepatutnya ikut larut dalam upaya melegitimasi bahwa mereka adalah korban yang tidak bisa dimaknai lain selain sebagai bentuk pembenaran terhadap perbuatan bejat tersebut.

Saya sangat sependapat dengan Elsa Syarif bahwa tidak seharusnya pihak berwajib hanya mengejar penyebar dan penonton gambar tersebut. Menurutnya, mereka adalah korban dari prilaku tidak senonoh pelakunya sehingga sangat tidak tepat jika pemanfaat rekaman adegan mesum itu yang diburu.

Elsa Syarif kemudian menegaskan bahwa sumber dari perbuatan tidak senonoh itu tidak boleh dianggap korban, karena jika lantaran mereka melakukan hal itu. masyarakat tidak akan menikmati hal itu.

Apa yang dikemukakan menurut saya sangat tepat mengingat negara ini meskipun ketika berusaha mengadopsi nilai agama (Islam) kontroversi selalu mencuat paling tidak masih mengakui agama dalam Pancasila.

Dan. dalam ajaran agama apa saja tidak ada yang membenarkan meskipun ada juga oknum praktik tidak terpuji seperti itu. Lantasjika semua orangmerasa beragama kenapa masih mau mencari pembenaran bahwa hal itu ranah private.

Apabila adegan mesum Itu dilakukan tidak diketahui orang bisa saja hal itu diucapkan. Namun. Jika perbuatan itu direkam dan kemudian tersebar, masih normalkan kita untuk berkala bahwa pelakunya adalah korban.

Jika, klaim itu diterima dengan dalih private tersebut, sungguh enak para pelaku zina karena meskipun Jelas melanggar norma ketika menjadi gunjingan pun masih bisa membela diri sebagai korban.

Bahkan, seperti pelaku mesum dengan mantan anggota DPR pada beberapa waktu lalu tiba-tiba menjadi seperti pahlawan, karena dengan tanpa malu tampil di televisi meskipun apa yang diperbuatnya adalah benar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline