Mengenal bermensch Menurut Nietzsche
Seorang filsuf dan kritikus asal Jerman yang menerbitkan buku secara intensif pada tahun 1870-an hingga 1880-an, ialah Friedrich Nietzsche (1844-1900). Dikenal karena kritiknya yang tanpa kompromi terhadap moralitas dan agama tradisional Eropa, Nietzsche juga mempunyai gagasan filosofis konvensional dan kesalehan social dan politik yang terkait dengan modernitas. Oleh karena itu ia sering dikaitkan dengan sekelompok pemikir modern akhir (termasuk Marx dan Freud) yang mengajukan "hermeneutika kecurigaan" terhadap nilai-nilai tradisional (lihat Foucault [1964] 1990, Ricoeur [1965] 1970, Leiter 2004 ). Ia juga menggunakan analisis psikologisnya untuk mendukung teori orisinal tentang hakikat diri dan proposal provokatif (usulan yang sengaja dirancang untuk memancing perhatian) yang mana menyarankan nilai-nilai baru menurut Nietzsche akan mendorong pembaruan budaya dan meningkatkan kehidupan sosial dan psikologis dibandingkan dengan kehidupan di bawah nilai-nilai tradisional yang ia kritik.
Ada beberapa teori kunci dari Nietzsche seperti: Voluntarisme dan Kekuatan Kehendak (Will to Power), Kritik terhadap Moralitas Tradisional, bermensch (Superman atau Beyond-Man) , Eternal Recurrence (Kembalinya Kekal), Perspektivisme, Kritik terhadap Agama dan Nihilisme, Artistic Genius (Kemampuan Seni), Kritik terhadap Budaya Massa. Pemikiran Nietzsche tidak selalu mudah dipahami dan seringkali diartikan dengan berbagai cara. Meskipun banyak elemen kontroversial dalam pandangan Nietzsche, pemikirannya terus menjadi objek kajian dan debat di dunia filsafat.
Namun diantara teori kunci dari Nietzsche, yang akan dibahas disini adalah bermensch, atau yang sering diterjemahkan sebagai "Superman" atau "Beyond-Man," adalah konsep sentral dalam filsafat Friedrich Nietzsche. Gagasan ini diperkenalkan oleh Nietzsche dalam karyanya yang terkenal, "Also sprach Zarathustra" (Thus Spoke Zarathustra).
Nietzsche (Lih. Za/ZA) menyajikan bermensch (di luar manusia) dan menjelaskan laki-laki unggul sebagai pemegang seni, politik dan pretensi sosial. Laki-laki cenderung memahami ajaran Zarathustra (seorang pemimpin spiritual), mampu mencari penyelesaian masyarakat dan menciptakan nilai-nilai baru yang bertentangan dengan manusia terakhir yang tidak menciptakan dan meniadakan dirinya sendiri.
Awalnya, kata ber dipahami sebagai melampaui atau di atas, dimana bagi Nietzsche, ungkapan melampaui manusia tidak mengacu pada mitos di mana umat manusia akan mengatasi kejatuhannya, tetapi potensi manusia yang tidak akan pernah ada. telah terwujud. Menurut Nietzsche (Bdk. Za/ZA, Of the Priests), "tidak pernah ada manusia super".
Konsep tipe yang lebih unggul dari manusia diuraikan pada momen yang berbeda dari karya Nietzsche. Menurut Paschoal (2007), istilah bermensch tidak selalu merujuk pada arti yang sama. Untuk memahami temuan ini, perlu untuk mendiagnosis tiga periode berbeda dalam pemikirannya tentang bermensch, yang mengarahkan istilah tersebut untuk mencapai dukungan dalam maknanya, dan momen di mana istilah tersebut disajikan dalam filsafat Nietzsche.
Berikut ini adalah tiga periode berbeda dalam pemikiran Nietzsch tentang bermensch:
Pemikiran Awal (Awal 1870-an)
Pada awal 1870-an, Nietzsche mulai mengembangkan gagasan tentang bermensch sebagai bagian dari proyek filsafatnya yang lebih luas. Dalam karyanya yang berjudul "Thus Spoke Zarathustra" (Also sprach Zarathustra), Nietzsche menggunakan karakter fiksi Zarathustra untuk menyampaikan gagasan-gagasan filosofisnya, termasuk konsep bermensch. Pada periode ini, konsep bermensch lebih terkait dengan ide kemajuan dan kemungkinan evolusi manusia menuju keadaan yang lebih tinggi. Nietzsche menyuarakan pandangan bahwa manusia seharusnya melampaui diri mereka sendiri, menolak norma-norma konvensional, dan mencapai kekuatan spiritual yang lebih tinggi.
Periode Pertengahan (Pertengahan hingga Akhir 1880-an)