Lihat ke Halaman Asli

Riau Masih Indonesia, Renungan Menjelang Pemilu

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di hari ini telah ada sosialisasi masa kampanye damai, semua parpol dikumpulkan untuk mendeklarasikan kampanye yang damai, tanpa kekerasan, tanpa cara-cara yang kotor

Semua parpol saling menunjukkan kekuatan sebagiannya, seolah ingin menunjukkan kesiapannya, ada yang membawa anak buah dari berbagai daerah, ada yang membawa atribut-atribut, ada yang menyampaikan selebaran dan lain sebagainya

Mereka berlomba untuk memenangkan pentas demokrasi di indonesia yang hanya ada setiap 5 tahun sekali, mulai dari partai yang sudah punya kuasa, partai pendukung yang punya kuasa, partai oposan, maupun partai yang baru masuk kancah pertarungan pemilu walaupun isinya orang-orang lama

Namun di tengah-tengah pesta demokrasi indonesia tersebut, sama-sama juga kita melihat di Riau ternyata menghadapi kenyataan yang pahit, yaitu terbakarnya lahan hutan yang katanya seluas 130 ribu lapangan bola, bahkan asapnya sudah mengganggu negara tetangga

Berbeda dengan bencana alam yang terjadi sebelumnya, seperti meletusnya gunung kelud yang ternyata pemberi bantuannya juga berasal dari partai-partai politik untuk mencoba memanfaatkan promosi partainya dengan menarik simpati, ataupun waktu adanya banjir yang melanda sebagian besar kota lalu dimanfaatkan untuk memberi bantuan dari sebagian parpol dengan kampanye simpatik, akan tetapi bagaimana dengan nasib Riau?

Kebakaran hutan yang begitu hebat, ternyata belum dilirik oleh partai-partai politik untuk membantu, walaupun ada modus untuk kampanye simpatik, semua itu seolah dilupakan oleh para partai politik yang katanya memperjuangkan aspirasi rakyat, seolah mereka sibuk sendiri untuk mendulang suara dengan kampanye-kampanye yang mereka lakukan

Lalu bagaimana dengan pemerintah? setali tiga uang, dalam kenyataannya pemerintah yang diisi oleh orang-orang parpol yang rame-rame mengajukan cuti, juga sama, mereka cuti kan untuk kampanye partai mereka, artinya ketika ketika presiden-menteri-gubernur-wakil gubernur-walikota-wakil walikota juga cuti lalu siapa yang ngurusi kebakaran Riau? kalaupun dalam kenyataannya mereka ke Riau, bisa dikatakan ada kecurigaan untuk mencari simpati saja, mengapa? karena mereka kan sudah cuti untuk kampanye, sehingga ketika cuti kampanye digunakan untuk mengunjungi Riau, maka bisa dikatakan mereka mencoba meraih simpati rakyat.

Lalu bagaimana dengan nasib Riau, yang ternyata masih saudara kita, saudara seindonesia, saudara yang sekarang terkoyak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab dengan membakar lahan hutan, yang katanya adanya skenario tertentu untuk menjadikan kejadian Riau sebagai moment untuk mengambil lahan agar digunakan untuk membuat lahan kelapa sawit, atau skenario untuk dijadikan kampanye politik. mana yang benar?

Coba kita renungkan bersama, sekaligus kita ulurkan tangan kita tanpa adanya kampanye, karena Riau masih Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline