Lihat ke Halaman Asli

Jeff NdunJr

Sampah Inzphyrasi

Hiduplah dalam Kebenaran

Diperbarui: 2 Desember 2021   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Foto: SMGM.com

Kamis, 02 Desember 2021
Pekan I Adventus
Yes. 26. 1-6
Mat. 7:21. 24-27

Ada ungkapan; "berbicara dengan tindakan lebih jujur daripada dengan kata-kata". Ungkapan ini tidak berarti merendahkan kata-kata tetapi perlu dimengerti sebagai penyempurna sebuah kata-kata. Bahwa tindakan harus menegaskan dan memberi makna untuk kata-kata bahwa kata-kata harus menerangkan sebuah tindakan.

Yesus dalam Bacaan Injil berkata kepada murid-murid-Nya;"bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, 'Tuhan! Tuhan' akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapak-Ku di surga". Lebih lanjut, Ia menegaskan pernyataan itu di dalam perumpamaan yang menarik tentang membangun rumah.

Kekuatan hidup setiap orang harus dibangun di atas kebenaran. Kebenaran dalam pengertian yang sederhana adalah kesesuaian antara apa yang ada di hati, di mulut dan di dalam tindakan. Dengan berlaku demikian, tidak ada sesuatu yang bisa dibantah atau terbantahkan. Inilah maksud Yesus adalah setiap hidup orang beriman dibangun dalam kebenaran supaya hidup dalam kekokohan, kekuatan dan dasar yang kuat.

Namun kebenaran dalam arti lebih rohani yang mau dikatakan Yesus adalah  hidup di dalam Tuhan sendiri.  "Akulah jalan, kebenaran dan hidup," sabda Tuhan. Yesus adalah kebenaran itu sendiri. Berarti setiap orang harus melakukan apa yang dilakukan oleh Yesus sendiri. Melakukan apa yang didengar dan dilihat dari Yesus adalah sebuah kebenaran; kebenaran epistemi, kebenaran etika dan kebenaran teologis.  "Semua orang yang mendengarkan perkataan-Ku dalam melaksanakannya, ia sama dengan orang  bijaksana yang membangun rumah di atas batu", kata Yesus.

Kekuatan hidup manusia, pertama-tama tidak terletak dalam dirinya sendiri, di dalam status, di dalam materi. Kekuatan dan kekokohan hidup manusia ditemukan di dalam Allah sebagai sumber dan tujuan hidup manusia. Materi bisa lenyap, status bisa hilang, manusia tidak harus ada tetapi yang tinggal tetap dan akan tetap ada hanyalah Allah.

Manusia hanya dituntut satu sikap yaitu percaya sebagaimana diungkapkan oleh Yesaya. Percaya berarti mendengar/melihat Tuhan, menghayati dan melaksanakan di dalam hidup. "Engkau menjaga orang yang teguh hatinya dengan damai sejahtera, sebab ia percaya kepada-Mu", tegas Nabi Yesaya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline