Lumpy Skin Disease (LSD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang dapat menginfeksi sapi dan kerbau yang disebabkan oleh virus LSD. Virus ini termasuk ke dalam family Poxviridae, genus Capripoxvirus.
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia. Pada tanggal 18 November 2022, dikutip dari data Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS) ditemukan 11.474 kasus LSD di enam provinsi di Indonesia.
Menurut drh. Jeffrys Salsabila, masa inkubasi LSD berkisar antara 1-4 minggu dengan mobiditas sekitar 45% dan mortalitasnya dibawah 10%. Penyakit itu ditandai dengan munculnya nodul kulit berdiameter 1-7 sentimeter di daerah perut, leher, punggung, kaki, organ genital, dan ekor. Fase awal ternak terinfeksi LSD selain ditemukan adanya nodul, juga diawali dengan kenaikan suhu tubuh hingga lebih dari 40oC. Nodul pada kulit jika tidak segera diobati akan menjadi luka nekrotik dan ulserasi.
"Pada beberapa kasus infeksi LSD yang pernah saya temui sapi juga mengalami penurunan produksi susu, tidak mau makan sehingga menyebabkan kekurusan, munculnya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus, dan abortus pada sapi bunting" terangnya.
Penyebaran dan penularan Lumpy skin disease virus (LSDV) yaitu melalui vektor, seperti caplak, lalat penghisap darah.
Pengendalian LSD penting dilakukan agar bisa diatasi dengan penanganan yang tepat dan mencegah penularan secara cepat. Berikut cara pencegahan dan pengobatan oleh drh. Jeffrys Salsabila.
Pengendalian lalu lintas ternak
Pembatasan lalu lintas ternak perlu dilakukan untuk menekan penyebaran kasus. Pada saat melalulintaskan hewan ternak perlu adanya surat keterangan kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh dinas peternakan setempat. Manajemen kedatangan hewan juga penting untuk pengendalian penyebaran kasus yaitu dengan cara penyemprotan desinfektan di kendaraan pengangkut hewan ternak, di tubuh hewan itu sendiri, serta petugas yang membawa hewan masuk.
Pengendalian vektor
Serangga seperti caplak, lalat, dan nyamuk dapat menjadi vektor penyebaran virus penyebab LSD. Oleh karena itu, pengendalian vektor harus dilakukan dengan menggunakan insektisida dan menjaga kebersihan kandang. Pada sapi yang sudah terkena LSD, sebaiknya dilakukan penyemprotan pada lesi dengan dichlofention 1% secara rutin agar serangga tidak hinggap di area lesi.
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah adanya kasus LSD pada sapi. Vaksinasi dapat dilakukan pada sapi sehat yang belum terinfeksi dan pada sapi yang sudah terinfeksi namun masih dalam periode inkubasi. Untuk mendapatkan vaksinasi LSD, kita dapat menunggu adanya vaksinasi dari dinas peternakan atau dapat pula membeli pada pihak penyedia vaksin yang sudah mendapatkan legalitas oleh pemerintah melalui kementan.
Suplementasi
Sistem imunitas pada sapi sangat mempengaruhi tingkat keparahan infeksi dari LSD, sehingga kita juga perlu memberikan suplementasi untuk meningkatkan imun sapi. Pemberian herbal seperti mengkudu sebagai anti virus dan anti stress diberikan 2x sehari buah. Daun mimba dapat dioleskan pada bagian bentol/luka sebagai obat anti gatal dengan cara daun ditumbuk lalu digoreng sebentar dengan minyak.
Pengobatan
Pengobatan dapat membantu mempercepat pemulihan sapi yang terinfeksi. Dokter hewan biasanya akan melakukan screening dan menentukan pengobatan berdasarkan simtomatis yang dapat membantu mempercepat pemulihan sapi yang terinfeksi seperti pemberian analgesik dan antipiretik untuk menurunkan demam, hingga pemberian antibiotik untuk pencegahan infeksi sekunder.