Konsep the third way atau middle way "jalan ketiga" merupakan gagasan dari Anthony Giddens yang pada dasarnya merujuk pada ketegangan antara subjektivisme-objektivisme dan voluntarisme-determinisme. Dimana subjektivisme dan voluntarisme merupakan cara pandang yang memprioritaskan tindakan atau pangalaman individu.
Hal ini merujuk pada neoliberalisme (Idiologi Kanan) yang bercirikan peran negara yang minimal, civil society yang berkembang (otonom), fundamentalisme (pasar bebas), individualisme, kemudahan pasar tenaga kerja, penerimaan pluralitas, nasionalisme tradisional, kesejahteraan hanya sebagai jaring pengaman dan teori realis tentang tatanan internasional dimana semuanya merujuk pada kapitalis.
Objektivisme dan determinisme merupakan cara pandang yang memprioritaskan gejala keseluruhan tindakan dan pengalaman individu dan hal ini merujuk pada demokrasi sosial klasik (Idiologi Kiri) yang bercirikan besarnya keterlibatan negara di dalam kehidupan sosial dan ekonomi, adanya dominasi negara terhadap civil society, kolektivitas, manajemen permintaan keynesian dan korporatisme, peran pasar yang dibatasi, pemaksimalan pemberdayaan SDM, egalitarianisme yang kuat, negara kesejahteraan yang aktif secara luas melindungi rakyatnya dan internasionalisme sehingga semuanya merujuk ke komunis.
Baik idiologi kanan maupun kiri, mereka mempunyai ciri yang sama yaitu rendahnya kesadaran terhadap ekologi (kerusakan lingkungan) dan pandangan terhadap modernisasi yang dianggap linear.
Anthony Giddens merumuskan program The Third Way, diantaranya spektrum politiknya adalah tengah-radikal (radical-centre) atau kiri-tengah (centre-left), membentuk negara demokrasi baru (negara tanpa musuh) dan negara berinvestasi sosial, mengaktifkan masyarakat sipil, membentuk ekonomi campuran baru, membangun negara dan demokrasi kosmopolitan.
Program baru ini, menurut Giddens akan mengatasi doktrin demokrasi sosial klasik (kiri lama) yang tidak efektif menjawab perubahan fundamental kontemporer. Kiri lama terbentur karena mempertahankan campur tangan negara yang terlalu luas terhadap kehidupan ekonomi dan politik bahkan masyarakat sipil (membebani anggaran, juga mematikan inovasi, kreatifitas dan produktifitas) terlalu menekankan pemilikan negara dan perlindungan berlebihan terhadap warganegara dari ayunan hingga ke liang kubur.
Lebih lagi konsep modernisasinya linear menyepelekan isu ekologi dan bagian dari kebijakan politik perang dingin. Bagi kaum demokrasi sosial bukan hanya kapitalisme dan pasar yang menjadi masalah tetapi pemerintah dan negara juga. Pasar bukanlah kejahatan sebab tak ada alternatif terhadap ekonomi pasar sehingga harus ada upaya merestrukturisasi pemerintah agar efektif mengendalikan pasar karena pasar tak mungkin menciptakan keadilan maupun kebebasan.
Dari ketegangan tersebut yang paling berperan adalah struktur sosial dan pelaku sosial dimana struktur sosial sangat mendominasi dan tidak memberi prioritas pada pelaku sosial. Untuk itu konsep The Third Way atau jalan ketiga harus mempertahankan inti keperdulian pada keadilan sosial dan sekaligus mengakui bahwa rentang masalah yang lepas dari sekedar perbedaan antara kiri dan kanan justru lebih luas dari sebelumnya.
Politik jalan ketiga ini juga bermakna mencari hubungan baru antara individual dengan komunitas. Jalan ketiga juga tidak dapat ditafsirkan sebagai pilihan antara sosialisme atau kapitalisme antara intervensi negara ataupun pasar bebas. Jadi pokok utama pemikiran Jalan Ketiga adalah dikembangkannya konsep Politik Demokrasi Sosial yang sebenarnya sudah lama dikenal namun dengan sejumlah perubahan yang disesuaikan dengan kondisi lokal yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H