Lihat ke Halaman Asli

Sang Manusia Gugur

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku gugur...

Di tanah rusak parah dengan kebencian tak berarah

Di bulan yang bersinar merekah dengan desahan angin penuh amarah

Di rumput yang terinjak lemah dengan teriakan penuh umpat dan sumpah

Di tempat dimana sang tuhan tiada kuasa untuk menahan penentang perdamaian

Di tempat dimana tiada keheningan yang mampu meredam kalutnya keramaian

Tubuhku lelah, bermandikan darah

Dari musuh yang terbunuh kalah

Menyerangku seperti banjir dari segala arah

Memberiku hadiah sebuah luka parah

Tiada ceramah yang menghentikan mereka berulah

Tiada dosa berbuah yang mereka takuti

Demi memuaskan kematian keji

Yang telah mereka kehendaki

Kami, para manusia yang gugur...

Masih sanggup bangkit dan bertempur

Untuk yang terakhir sebelum pulang ke rumah tamah para leluhur

Dimana kehidupan dan kematian telah melebur

Oh, sungguh...pemandangan yang memilukan

Dimana mayat adalah daratan dan darah sebuah lautan

Dan kami diantaranya, dimana terletak di tempat tanpa kemanusiaan

Tanpa malaikat, tanpa tuhan

Bersama di kesendirian dan kematian serta kebinasaan

Inilah sebuah awal keputusasaan dan penderitaan bagi mereka yang bertahan

Serta akhir umur bagi kami yang gugur

Terkenang dalam sejarah dan pesan ngeri dari dunia bawah

Yang mungkin akan berulang di masa yang akan datang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline