Lihat ke Halaman Asli

Tips Meningkatkan Penjualan

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rekan-Rekan Pemilik Bisnis Yang Mulia, Banyak orang memiliki pertanyaan kepada saya “Bagaimana cara bapak agar tetap laris berjualan dan agar bisa berjualan banyak. Harus pakai strategi apa? Promosi apa? Mereka jual lebih murah. . . ” dan lain sebagainya. Jujur saya sempat bingung harus menjawab apa. Berkali-kali saya merenung namun tidak menemukan jawabannya. Sebenarnya saya tidak merasa melakukan apa-apa.

Sampai satu waktu saya mendengar pandangan lain dari Sandler Training (Bp. Tanadi Santoso) di PAS FM. Menjadi penjual bukan berarti kita harus “merengek” kepada calon pembeli produk kita. Yang paling umum terjadi adalah kita terus “merengek” mungkin disertai dengan kalimat “ini sudah harga terendah”, “tidak ada lagi tawaran sebaik ini”, “saya jamin bapak nggak akan rugi”, dan lain sebagainya.

Pak Tanadi Santoso memberikan tips “cobalah untuk merusak pola”. Berikan jawaban yang diluar perkiraan, misalnya: “ya pak, mungkin kita belum berjodoh… ini kartu nama saya, siapa tahu dikemudian hari kita berjodoh dan kita bisa berbisnis”.

Tanpa saya sadari, sebenarnya ini juga yang sering saya lakukan di bisnis yang saya miliki. Saya tidak pernah memaksa konsumen untuk membeli produk saya. Saya juga akan selalu berusaha memberikan senyuman terbaik, pelayanan maksimal, dan ucapan menyenangkan baik DEAL maupun BELUM DEAL. Sering sekali saya menyampaikan: “coba bapak bandingkan dulu, mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan bapak”, “dipikir dulu pak, kalau sudah fixed, silahkan hubungi saya”.

Pada dasarnya saya berpandangan bahwa harga produk yang kami tawarkan adalah sangat reasonable bila dibandingkan dengan kompetitor yang sebanding (jangan bandingkan dengan yang abal – abal) . Namun banyak dari kita memaksakan menjual produk sehingga seolah-olah sejajar dengan merek abal-abal tersebut.  Saya coba berikan analogi: kita menjual mobil Mercedes C class, bagaimana mungkin kita bisa bersaing atau memenuhi keinginan pembeli kita yang memang hanya ingin membeli mobil Toyota Kijang Innova misalnya. Kecuali bila si calon pembeli kita membandingkan Mercedes C class dengan BMW seri 3. Tentunya kita harus EXTRA waspada.

Rekan-rekan yang mulia, ada kalanya ketika berhadapan dengan konsumen, kita sebagai penjual juga harus menggunakan bargain power kita.  Tentunya hal ini HARUS disertai dengan kemampuan bernegosiasi dan komunikasi yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Penulis adalah Mr.A (tidak ingin dipublikasikan), merupakan seorang Direktur dari Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi. Beliau membagikan sedikit pengalamannya dalam berbisnis kepada komunitas pengusaha JECorner.

Mari bergabung dengan komunitas Pengusaha Muda, Jabodetabek Entrepreneur Corner - JECorner.com
Sebuah Komunitas Nirlaba yang bertujuan menjadi Organisasi yang menyatukan dan mensupport perkembangan pengusaha visioner yang berjiwa muda dan UKM khususnya untuk daerah Jakarta dan Sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline