Lihat ke Halaman Asli

Tabiat Indonesia

Diperbarui: 13 Juli 2015   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat itu pukul antara pukul 11.30-12.00. Sedang terik-teriknya tiba-tiba mobil kami terhenti,  tidak bisa berjalan, mesin mati. Posisi  mobil masih di dalam Jalan TOL Jakarta Tangerang.  Temperatur naik  sampai batas maksimal.  Supir kantor kami sudah berpeluh, tidak punya daya memperbaiki. Benar-benar pasrah, tunggu mobil derek datang sambil persiapkan agar jangan ‘dikerjai’ Derek Liar

Tiba-tiba ada taxi berhenti, pengemudinya turun dan bertanya; “ Ada yang bisa dibantu?”.

Saya ceritakan tentang kondisi mobil, Supir taxi ini juga tidak dapat membantu agar mesin mobil dapat dihidupkan kembali.  Dia tawarkan solusi untuk bantu dorong supaya keluar dari jalan TOL saja dulu. Benar juga, karena pertimbangan supir taxi ini jarak tempuh keluar ke jalan Tol bisa diupayakan dengan dorong mobil dan lebih baik berurusan dengan mobil derek di luar jalan Tol daripada di dalam jalan Tol.

Posisi parkir taxi dipindahkan ke luar Tol, lalu supir taxi ini kembali ke arah kami berjalan kaki dan membantu kami mendorong mobil keluar dari Jalan Tol. Sambil mendorong, ada mobil kijang berhenti , sekelompok anak muda turun, ada yang tidak pakai kaos segala....wah ini masalah baru....jangan-jangan.... kami coba waspada....Tanpa babibu mereka turun bantu mendorong mobil.

Enteng dan Lega. Bantuan datang tidak tanggung-tanggung. Anak-anak muda ini permisi melanjutkan perjalan, tanpa minta imbalan apa-apa. Mereka memang hanya ingin membantu! Mobil kami aman di luar jalan TOL (exit ALAM SUTERA).

Sopir taxi kami tahan. Kami  minta tolong akan menumpanng di taxinya. Supir taxi ini menyanggupi meskipun tujuan  hanya ke IKEA (posisi dekat dari exit Tol alam sutera). Supir kami memberi kabar bahwa mobil telah diderek ke bengkel dengan harga normal. Jadwal rapat 7 Mei 2015 berjalan lancar , hambatan dapat dilewati karena masih  ada orang-orang yang  bertabiat Indonesia.

Tolong menolong adalah ciri khas kita sebenarnya. Namun itu semakin jarang ada. Kemajuan di satu sisi mengikis tabiat kita yang suka menolong, berbela rasa berbalik jadi mati rasa karena individualistis.

Supir taxi ini turun dan tidak bertanya.....Kalian agama apa, Dari suku mana, partai apa, Pilpres kemarin  pilih siapa? Kaya atau miskin? Dst.

Niat menolong itu datang otomatis meski dia harus kejar setoran, waktu terganggu . Demikian juga rombongan anak muda yang turun menghentikan perjalan dan langsung menolong.

Penolong seperti dalam cerita ini bukan saja mempertontonkan bahwa masih ada yang berbela rasa di negara ini tapi mengajarkan saya untuk wajib mengulurkan tangan di mana saja bila ada yang membutuhkan pertolongan.

Jadi ingat cerita Orang Samaria. Orang yang dianggap kafir justru mempertontonkan tindakan yang religus dibandingkan dengan pemakai jubah agama yang hanya mempertontonkan pakaian religius.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline