Lihat ke Halaman Asli

Megawati dan Prabowo Turun Pangkat

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hampir bersamaan Rakernas PDIP dan KLB Gerindra.

PDIP diwarnai persetujuan semua DPD, Megawati memimpin PDIP. Hampir sama dengan Gerindra, Prabowo didaulat untuk merangkap jabatan dan nantinya dalam Kongres berikut siap untuk menjadi Ketua Umum Partai. Sebelumnya SBY juga 'mengalami nasib' sama tergiur kembali ke jabatan Ketua Umum Partai.

Jadilah Ketua Dewan Pembina turun gunung. Emang masalah buat lo? Ya, ngk sih,

Aneh saja kenapa jauh 'di atas' mau turun ke bawah. Bukankah kalau tidak ada calon muda yang lahir adalah kegagalan dari kaderisasi partai. Ataukah jabatan itu terlalu sayang untuk ditinggalkan?

Partai orang tua.

Ya, kemajuan tehnologi, dinamika masyarakat telah berubah sedemikian rupa. Gaya hidup tatanan masyarakat pun berubah. Kita tidak dapat mengikat lagi sekumpulan orang untuk terikat dalam satu paham dan setia dalam paham tersebut. Bahkan dalam keluarga, unit terkecil masing-masing memiliki pola dan cara pikir beragam. Inilah tatanan masyarakat sekarang. Bahkan batas-batas geografis negara tidak lagi menjadi 'pagar' yang tinggi untuk membendung nasionalisme kaku. Mungkin itu pula yang menyebabkan Scotlandia tidak berhasil referendum memerdekakan diri dari Inggris Raya. 'Paham apa lagi' yang dapat membedakan di tengah dunia yang sekarang semakin membaur. Budaya, Ekonomi sampai pernikahan telah 'merendahkan'batas- batas perbedaan. Post Modernisme juga menyumbang keruntuhan pada 'struktur-struktur yang kokoh' agar menjadi lentur dan menyesuaikan diri. Sistem kerajaan, militeristik runtuh. Masyarakat semakin kuat berperan untuk menentukan sistem yang berlaku dan harus diberlakukan. Sudah terbukti, beberapa kali gabungan partai (koalisi) keok hanya karena ketokohan seseorang calon. Masyarakat semakin menunjukkan supremasinya.

Dan partai di Indonesia masih dalam kungkungan 'jaman dulu',  partai orang tua. Mari kita lihat 5 tahun ke depan. Partai mana yang akan berjaya. Partai yang mengakomodir perubahan dan dipimpin oleh orang -orang 'muda'yang energik dan memahami  perubahan akan merajai dunia politik. Gerindra sebenarnya telah mulai dan memberikan warna gerakan kebangkitan mengakomodir jiwa muda sekaligus merengkuh 'orde tua'. Tapi ya itu die...kembali lagi pada pragmatisme sekedar mendapatkan kekuasaan.

Ada saatnya kita harus turun....karena masa terus bergulir generasi telah berganti tanpa dapat kita cegah. Jadi selain telah berubah, generasi baru tidak  kenal lagi ketokohan orang tua. Generasi baru butuh 'update status'. Orang yang berhasil bukanlah orang yang paling lama menjabat, tapi bagaimana menghasilkan penerus yang lebih berbobot. Partai saat ini tidak dapat mengandalkan tokoh tua menjadi faktor pengikat. Oke dalam tataran kepengurusan struktur partai loyalitas masih dapat diandalkan tapi nantinya pencapaian hasil pemilu, toh harus mendarat di 'hati'masyarakat. Itulah sebabnya pemilihan melalui DPRD bukan sekedar masalah penghematan dan perubahan tapi melawan arus perubahan dimana masyarakat lebih banyak menginginkan penentuan pemimpinnya sesuai dengan keinginan mereka bukan wakil-wakil yang selama ini semakin terlihat seperti broker yang mengambil keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Menurut saya, Rakernas PDIP dan KLB Gerindra telah menurunkan pangkat kedua petinggi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline