Kerja Sama Multilateral di Tengah Dinamika Geopolitik Global
Pendahuluan
Hubungan internasional di era globalisasi ini telah berubah menjadi arena interaksi yang rumit antara negara, organisasi internasional, dan aktor non-negara. Selama beberapa tahun terakhir, kerja sama multilateral harus menghadapi ujian berat yang diciptakan oleh persaingan geopolitik yang terus berkembang, nasionalisme ekonomi, dan ketegangan antar blok. Ini adalah sebuah paradoks: Sementara di satu sisi, dunia membutuhkan kolaborasi untuk menyelesaikan masalah global seperti perubahan iklim dan pandemi; di sisi lain, fragmentasi politik terus-menerus membuat konsensus tidak dapat dicapai. Setelah sebelumnya menjadi kekuatan pendorong di balik pembangunan global, saat ini kerja sama multilateral menemukan dirinya di persimpangan jalan.
Isi
Pendekatan Realis: Hubungan internasional pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan nasional negara-negara yang bersangkutan dan distribusi kekuatan dalam sistem global. Ini akan menjadi kasus yang menunjukkan bagaimana kekuatan besar sering kali mencari keuntungan sepihak daripada solusi kolektif dan dapat dilihat melalui proteksionisme AS dan/atau kebangkitan Tiongkok. Di sisi lain, liberalisme tampaknya melihat ke arah lain, dengan menggambarkan lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Perdagangan Dunia sebagai agen-agen kendali hegemonik. Dalam hal ini, proses-proses integrasi regional, seperti yang saat ini dialami di Uni Eropa, membuktikan kemampuan liberalisme dalam manajemen konflik dan perluasan kerja sama lintas batas negara. Bagaimanapun, kerja sama multilateral akan terjadi ketika para aktor utama bersedia menempatkan kepentingan global di atas agenda-agenda domestik.
Kesimpulan
Dilema hubungan internasional saat ini antara prioritas-prioritas nasional dan keharusan-keharusan global merupakan indikasi dari alternatif tersebut. Ini bukanlah dilema antara semacam multilateralisme, tetapi kondisi penting untuk mempertahankan sistem-sistem internasional yang dapat diprediksi, stabil, dan inklusif. Kurangnya kepercayaan pada mekanisme-mekanisme multilateral menimbulkan bahaya dan risiko menyeret dunia ke dalam era perang yang terus-menerus dan kesenjangan yang meluas. Akibatnya, reformasi dalam lembaga-lembaga global dan pemulihan komitmen terhadap norma-norma internasional menjadi prioritas bersama ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H