Lihat ke Halaman Asli

JBS_surbakti

Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Net-Zero Emissions: Gunakan Hati Dan Awali Dari Diri Sendiri

Diperbarui: 24 Oktober 2021   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NZE (Sumber : Dokpri JBS)

Sejarah kehidupan manusia mencatat bahwa manusia tidak akan pernah berhenti dengan aktivitas memproduksi dan mengonsumsi yang secara sederhana dikenal sebagai aktivitas utama perekonomian. Namun di akhir proses produksi selalu terjadi adanya sisa (sampah/limbah) atau tidak semua setiap sumber daya masukan akan menjadi seratus persen utuh menjadi produk yang diinginkan. Bagaimana memaksimalkan proses produksi dengan limbah yang kecil serta upaya upaya peningkatan perekonomian berkelanjutan yang berbasis lingkungan adalah sebuah pekerjaan rumah di seluruh dunia.

Fenomena selanjutnya adalah apakah setiap aktivitas ekonomi (produksi, distribusi dan konsumsi) memiiki fondasi kokoh terhadap ketepatan tujuan/kebermanfaatan dan ketepatan waktu bagi pelaku ekonomi (produsen/konsumen). Mengapa? Karena titik dasar inilah menentukan apakah setiap aktivitas manusia bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan atau pemuasan keinginan yang sangat identik dengan sebuah eksploitasi. Pada banyak pengalaman eksploitasi dan monopoli ekonomi sangat memengaruhi dan berimplikasi terhadap degradasi lingkungan di bumi.

Penjelasan awal di atas adalah sedikit banyak menjadi salah satu latar belakang dari isu utama yang semakin populer belakangan ini yaitu tentang Net-Zero Emissions (NZE). Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Climate Leader's Summit akhir April 2021 meminta komitmen 40 negara terhadap pemenuhan NZE sebagaimana sebelumnya disepakati pada KTT Perubahan Iklim di Paris Tahun 2015 lalu. Namun apakah NZE itu sesungguhnya? Benarkah NZE bisa tercapai? Apa faktor penghambat NZE?

Berdasarkan referensi dari beberapa sumber, NZE dapat diartikan sebagai nol bersih emisi karbon. Namun hal ini bukan mengacu pada pengertian berhentinya umat manusia untuk memproduksi emisi atau tidak melakukan aktivitas ekonomi. Secara alamiah manusia dan bumi tidak bisa terhindar dari memproduksi emisi karbon. Dengan bernafas saja manusia telah menghasilkan karbon dioksida dan diprediksi berkonstribusi 5%-6% terhadap volume emisi karbon tahunan.

Karbon dalam ambang batas tertentu sangat dibutuhkan oleh bumi. Pepohonan, perairan, dan tanah memproses emisi karbon dioksida dalam siklus fotosintesis. Karbon dioksida yang bercampur dengan zat dan gas lain akan membentuk reaksi kimia yang melepaskan karbon dan oksigen. Oksigen tentu dibutuhkan oleh mahluk hidup sedangkan karbon diperlukan untuk tanaman tumbuh hingga menjadi bahan dasar logam.

NZE adalah upaya agar emisi karbon yang dihasilkan tidak sampai ke atmosper sehingga pembentukan konsentrasi gas rumah kaca sebagai biang kerok pemasanan global dapat dihindari. Berita buruk buat penduduk bumi adalah apabila NZE bisa dilaksanakan sejak tahun 2060 bukan berarti ancaman bencana melelehnya bumi begitu saja terhindari. Peningkatan panas global bukan terjadi tiba-tiba namun telah terbentuk sejak 3 abad terakhir sejak Revolusi Industri Tahun 1750. Revolusi industri yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap dan pemakaian bahan bakar fosil (batubara, minyak dan gas) secara masif hingga kini.

Apa yang bisa menyerap emisi karbon? Secara alamiah, emisi karbon terserap oleh pepohonan, lautan, dan tanah. Penelitian menyebutkan bahwa penghijauan atau restorasi hutan menyerap 20% emisi karbon, selanjutnya laut dan perairan yang sehat sebesar 23% dan sisanya tanah. Untuk yang tidak tertampung akan menguap ke atmosper.

Jadi Apa Yang Harus Kita Perbuat?

Faktor kunci meningkatkan dan memelihara fungsi tiga unsur penting penyerap karbon di bumi sebagaimana disebutkan sebelumnya yaitu melalui rehabilitasi hutan (reboisasi), menyelamatkan perairan/lautan dan tanah lewat perubahan prilaku yang membumi. Keseimbangan alam yang semakin terdegradasi akibat ulah manusia itu sendiri dengan mengagungkan pemenuhan kebutuhan yang serakah seakan membuat luka yang menganga dalam kurun waktu 300 tahun sejak revolusi industri. Tuntutan oleh negara maju kepada Indonesia sebagai pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo untuk mempertahankan hutan sebagai paru-paru dunia dijawab pula oleh Presiden Jokowi agar negara maju lainnya memiliki semangat yang sama memelihara keseimbangan alam dan lingkungan. Demikian disampaikan Presiden pada kesempatan yang sama di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Climate Leader's Summit

Taman (Sumber : Dokpri JBS)

Seandainya alasan demi mencapai tujuan menjadi sebuah negara maju dengan kebebasan mengeksploitasi sumber daya alam yang dimiliki maka bagi bangsa dan masyarakat berikut seluruh pelaku ekonomi di negeri ini sungguh rasional. Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan sejalan dengan peningkatan emisi karbon. Sebuah kondisi dua sisi mata uang yang tidak dapat dihindari dengan dampak plus-minus. Oleh karenanya, gerakan NZE tidak akan berdampak apa-apa apabila bersifat parsial atau dibebankan pada satu negara saja. Para produsen emisi karbon wajib mengubah teknologi dan beralih dari sumber energi kotor ke energi bersih secara bersamaan.

Berdasarkan data dari beberapa sumber menyebutkan bahwa penyediaan sumber energi sebagai motor perekonomian adalah 90% penyumbang emisi global. Data berikutnya menyebutkan bahwa sebanyak 63% masih bergantung pada energi fosil (minyak bumi, batu bara dan gas). Karenanya tidak bisa dihindari lagi upaya menaikkan bauran sumber energi terbarukan menjadi salah satu cara mencapai NZE melalui kebijakan global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline