Lihat ke Halaman Asli

JBS_surbakti

Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Ujung Persahabatan di Taman Getsemani

Diperbarui: 4 April 2021   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : www.unrang.com

“Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia”. (Lukas 22:39)

Kisah pilu persahabatan di ujung perjalanan singkat Kristus di dunia tercatat tragis di sebuah taman di kaki Bukit Zaitun di Taman Getsemani. Tampaknya sebuah taman bagi Kristus menurut catatan saya adalah tempat favorit bagiNya sepanjang kehidupan. Alkitab mencatat bahwa di Bukit Zaitun terdapat beberapa kisah besar berikut pula interaksi Dia dengan murid-muridNya atau pengikutNya yang lain. 

Alkitab mencatat bahwa banyak peristiwa dilaluiNya di taman atau Bukit Zaitun. Saat Yesus duduk di atas Bukit Zaitun ketika mengajar murid-muridNya mengenai “Permulaan Penderitaan” atau tentang akhir zaman. Dan pada malam harinya Dia bermalam disana. Tampaknya memang di sinilah Yesus biasa bermalam jika datang ke Yerusalem. 

Yesus juga ditangkap di Bukit Zaitun, dalam taman Getsemani, disana Dia pergi berdoa setelah Perjamuan Terakhir. Terakhir pula Yesus naik ke sorga dari satu tempat di Bukit Zaitun. Bukit dan taman yang istimewa.

"Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." (Lukas 22:40)

Pada malam sebelum Dia diserahkan untuk kemudian disalibkan, Kristus membawa para murid ke Taman Getsemani untuk berdoa terakhir kalinya. Selain tempat yang paling indah, teduh dan nyaman untuk menghadap dan berkomunikasi dengan BapaNya namun justru kenyamanan akan sebuah Taman justru bagiNya juga adalah tempat yang membuat manusia menjadi lalai dan terbuai dan bahkan tertidur.

Taman sebagai simbol kedamaian justru sebaliknya pula menjadi tempat yang membuat kedamaian menjadi petaka akan kefanaan dunia. Damai dan kemudian duka karena lupa akan hubungan yang sejatinya adalah selalu terbangun abadi antara ciptaan dan Sang Pencipta kedamaian itu sendiri.

Berbeda dengan diriNya yang senantiasa membangun hubungan pribadi yang tersembunyi, khusuk dan sangat pribadi dengan BapaNya di tengah-tengah kedamaian dan keindahan Taman Getsemani. 

Seakan-akan mengajarkan bahwa sejatinya kedamaian dan ketenteraman diujung akhir hidupNya senantiasa memiliki hati bersyukur dan mengakui bahwa semuanya adalah berasal dari pada BapaNya sebagai pencipta langit dan bumi. Tiada tempat yang tentram dan damai selain Taman. Tempat teraman dan nyaman bercakap-cakap dengan BapaNya di Surga.

Dan benar firasat dan perintah Kristus saat masuk ke Taman Getsemani, Dia mendapati mereka (para murid) sedang tidur karena dukacita (Lukas 22:45) akan perihal kematian Kristus. Padahal diriNya (sebagai manusia) bertempur habis-habisan mencoba bernegosiasi terakhir kepada BapaNya apakah bisa cawan (derita, pilu dan kutuk dosa manusia yang ditimpakan padaNya) lalu dari padaNya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline