“Lagi dimana Mas Bro? Lagi sibukkah?”, demikian tanya saya kepada salah satu sohib yang wara-wiri dan super sibuk, maklum sohib adalah pejabat teras (menurut dia sih) di salah satu instansi yang top markotop. Dan kemudian dari telepon genggam saya terdengar suaranya menjawab “Maaf Mas Bro lumayan sibuk, masih ngopi bareng Tuan X”. Sontak hati saya semakin mengagumi sang sohib karena Tuan X adalah pesohor atau pejabat yang kebanyakan orang pasti kenal di kota ini.
Hampir terbukti hipotesa yang mengawang-ngawang sebelumnya. Kalau dulu masih menyangsikan eksistensi sohib saya itu karena hanya terlihat di medsos yang terpampang beberapa foto dengan begitu banyak pejabat, artis, maupun tokoh lainnya berlokasi di meja makan cafe mewah, plus latar belakang pemandangan yang tak terbantahkan sebagai tempat wisata wahid baik di dalam maupun luar negeri. Namun setelah percakapan ini sepertinya adalah berita yang faktual, valid dan no debat. Jujur, terkadang melemahkan jiwa, karena keterbatasan dan ketaksanggupan. Bagaimana mau kesana, dalam rangka apa, dan pakai dana apa? Salut!. Demikian pengalaman ini mungkin juga dialami oleh teman-teman para Kompasianer. Bergaul dengan seorang sohib entah karena satu alumni atau satu arisan yang mungkin juga satu RT/RW yang super sibuk dengan titel jabatan yang oke punya.
Tidak jarang terkadang kita ingin berlomba atau menyaingi dia. Sesuatu yang naluriah karena kesal, mengapa asal ditanya dan diajak ngopi selalu sibuk dengan aktivitas yang "wah" dan juga bersama orang yang "wow". Dan dia makin naik kelas terus membangun koneksi dan relasinya sementara kita masih "jalan ditempat".
Kalau kita masih ngopi dengan pak RT, dia sudah ngopi dengan Pak Lurah, kita usahakan bisa ngopi dengan Pak Lurah sang sohib ternyata kini ngopi dengan Pak Camat, dan terus sampai kita kadang menyerah karena sang sohib tancap gas terus dengan mudah sementara kita masih berjuang dan ketinggalan beberapa tiang listrik jaraknya didepan. Yah, paling-paling ngopinya dengan ditemani si "Iyem" ART di rumah. Sesuatu yang cukup realistis dan ekonomis.
Iri, bilang Boss? Ah, maaf saja karena itu tidak perlu dan ngawur. Bagi beberapa orang, hal diatas mungkin adalah sebuah gengsi dan prestasi tapi bagi beberapa yang lain sebuah aktivitas yang melelahkan bahkan (maaf) memuakkan. Apakah hanya biar dibilang hebat? Bisa saja sih, tapi hebat buat orang belum tentu kita di frekuensi yang sama secara alur dan tujuan hidup.
Ah, lupakan saja cerita diatas mari kita menikmati malam di akhir pekan bersiap untuk berjibaku menghadapi 5 hari kedepan. Ambil saja kopi anda dan tunggu sang sohib menelepon. Dan jika dia bertanya “Lagi dimana Mas Bro? Sibukkah?”, siapkan jawaban “Maaf Mas Bro, saya sedang ngopi sama Tuhan!”. Kelar!
Selamat istirahat, salam hangat dan tetap semangat.
--JBS--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H