Lihat ke Halaman Asli

Gugur Satu Tumbuh Seribu

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

GUGUR SATU TUMBUH SERIBU

Merdeka!...Merdeka!...Merdeka!...pekik kemerdekaan bergemuruh, membahana, dan menggema memecah keheningan pagi. Ketika derap langkah siswa-siswi SMP Negeri 1 Purwosari Kabupaten Pasuruan dengan berpakaian ala Pahlawan Tempo Doeloe, berbaris menyusuri jalan (karnaval), dengan penuh semangat juang seraya megacung-acungkan bambu runcing sambil mengucap Allahu Akbar, Merdeka atau Mati. Itulah awal kegiatan dari serangkaian kegiatan memperingati Hari Pahlawan 10 Nopember 2012 di kalangan warga SMP Negeri 1 Purwosari. Ada banyak acara yang digelar antara lain: lomba Pidato Bung Tomo, lomba pembacaan UUD 1945, cerdas cermat dan diakhiri dengan pegelaran drama kolosal "Perobekan Bendera Merah Putih Biru menjadi Merah Putih". Seolah-olah suasa saat itu mengingatkan kita pada sejarah pertempuranarek-arekSoerabaya pada tanggal 10 Nopember 1945.

Lalu, apa yang dapat kita harapkan dari siswa ketika mereka terlibat langsung dalam kegiatan peringatan hari Pahlawan ini. Apakah hanya sekedar merayakan saja sebatas kegiatan yang bersifat rutinitas belaka?, tentu "tidak" jawabnya. Mari kita simak dan cermati potongan teks pidato Bung Tomo dibawah ini:

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itu kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka

Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!!

(http://www.facebook.com/yesradio.cilacap/posts/488634314490525)

Tersirat dalam pidato Bung Tomo tersebut diatas, merupakan sebuah pendidikan karekter "Cinta Tanah Air", yang bermakna lebih baik mati dari pada dijajah kembali. Oleh karena itu, melalui salah satu kegiatan lomba pembacaan pidato Bung Tomo di sekolah, yang merupakan sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan sikap budi pekerti luhur sejak dini kepada siswa adalah mutlak diperlukan. Sesuai dengan Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline