Lihat ke Halaman Asli

M Rosyid J

Peneliti

S-Word dan Pendidikan Bahasa Inggris Kita

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1427260939770366198

[caption id="attachment_405213" align="aligncenter" width="576" caption="Ketika belajar di AS"][/caption]

“Haha, gue sorry banget setiap kali gue nyebut nama lu sambil ngomong bahasa Inggris, serasa ngomong jelek. Roshit, Sh#t!”

Sering kali saya mendengar pernyataan itu dari berbagai kawan-kawan saya yang tentunya orang Indonesia. Nama Rosyid memang pada akhirnya sering dilafalkan Roshit, dengan akhiran huruf 't'. Ini terjadi karena memang dalam bahasa Indonesia, tidak banyak terdapat kata dengan akhiran d.

Konstruksi kata-kata dalam bahasa Indonesia ini kemudian membuat aksen mereka yang berbahasa Indoensia tidak mengenal akhiran 'd'. Dampaknya, beberapa kata yang berakhiran 'd' pun dilafalkan berakhiran 't', seperti kata akad, tekad, dan Rosyid, nama saya sendiri. Ketiganya sering terbaca: akat, tekat dan roshit.

Ketika mereka yang beraksen bahasa Indonesia ini mencoba berbahasa Inggris, disitulah masalah datang. Mereka umumnya tidak bisa membedakan mana yang harus berakhiran 'd' atau 't'. Bagi mereka, Kebanyakan juga, kata 'kid' akan dilafalkan 'kit', kata 'Sid' (nama orang) akan sama dengan 'sit'. Tentu juga, nama saya Rosyid menjadi Roshit yang tentu membuatnya terdengar jorok.

Ketika mendengar mereka menertawakan nama saya dan merasa ‘sorry’ melafalkannya dengan Roshit, sebenarnya yang lebih berhak tertawa adalah saya. Mengapa? Jelas sekali mereka tidak paham bahasa Inggris dengan baik. Dengan kesalahan yang tak mereka sadari, mereka merasa kasihan kepada orang lain dimana orang lain itu yang seharusnya merasa kasihan kepadanya.

Sebenarnya saya selalu ingin bilang, “Haha, itu lu aja yang ngga ngerti Bahasa Inggris… Udah salah, bangga lagi…” Tapi tentu saya berpikir, buat apa juga sibuk-sibuk menanggapi. Lebih baik ikut tertawa saja.

Jika dirunut lebih jauh, ketidaktahuan mereka pada kesalahan dalam pengertian mereka berbahasa Inggris bersumber pada pendidikan bahasa asing, khsusnya Bahasa Inggris, kita yang perlu dibenahi.

Di Indonesia, rata-rata mereka yang sekarang ini seangkatan saya (Saya lulus SMA 2008 lalu) sudah belajar Bahasa Inggris sejak kelas 3 SD. Kalau dihitung, bayangkan, kami sudah belajar Bahasa Inggris, katakanlah sampai SMA, sudah 9 tahun lamanya belajar. Nyatanya, banyak yang masih ‘gaguk’ berbahasa Inggris.

Apakah saya tidak gaguk? Tentu! Ketika masuk bangku kuliah pada 2008 lalu, saya masih tidak bisa berbahasa ini dengan baik. Dalam beberapa kali ujian TOEFL yang diselenggarakan kampus, nilai saya masih saja selalu buruk. Namun saya tak ketinggalan dan terus belajar. Nilai saya yang buruk memang tetap buruk, tapi saya membuat peningkatan dari tiap tes per semester yang saya ambil.

Fog atau F#ck

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline