Lihat ke Halaman Asli

Ruth Yuliana Palupi

tidak mencoba adalah kegagalan pertama seseorang

Bosan karena Merasa Bosan, dengan Jaringan Tri AlwaysOn, Kubangkitkan Potensi yang Terkubur

Diperbarui: 27 Juni 2020   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Bosan. Itu adalah kata pertama saya selama pendemik Covid-19 ini berlangsung. Sejak akhir bulan Maret 2020, tempat saya bekerja mengharuskan sebagian karyawan untuk kerja di rumah atau WFH. Hari pertama menjalaninya, begitu banyak keluhan dari saya dan teman-teman. Jaringan internet sedang buruk. Bahkan untuk sekedar meeting skype saja, teman-teman saya yang sedang berbicara di pertemuan daring tersebut tiba-tiba suaranya hilang dan status skype-nya mati.

Saya ingat betul, hari itu ia tengah presentasi di depan teman-teman departemen dan Asisten Direktur yang merupakan orang asing. Hal itu menjadi pengalaman yang memalukan, karena presentasi yang ia sampaikan sangat penting dan ditunggu untuk kemudian di sampaikan pada pertemuan direktur dan presiden direktur tempat saya bekerja. Teman saya itu, sebut saja Ensa menjadi panik. Kami mencoba tetap menghubunginya, tetapi tetap tidak bisa. 

Keesokan harinya, hal yang sama terjadi, banyak teman-teman kami menyindir Ensa untuk memindahkan rumahnya atau menganti kartu internetnya. Kita tidak bisa memungkiri, internet memang tidak lagi menjadi kebutuhan tersier masyarakat saat ini, tetapi menjadi konsumsi primer, apalagi ditambah dengan pandemik Covid-19 yang memaksa kita untuk diam di rumah aja.

Sebagai karyawan, saya pun sangat memperhatikan konsumsi internet sebagai hal yang prioritas untuk saat ini, karena hingga akhir bulan Juni ini saya terus WFH, pertemuan daring setiap hari, bahkan dalam sehari terdapat 3 kali meeting, masing-masing menghabiskan waktu 1-2 jam. Awal-awal saya menjalani WFH, saya senang karena menjadi punya banyak waktu di rumah. Berjalannya waktu sekitar seminggu, saya merasa sangat bosan. Saat itu saya telah merencanakan untuk kembali ke kampung halaman di Bali dan WFH di sana.

Saya pikir ketimbang saya diam di kos dan sendiri, lebih baik saya pulang ke kampung halaman. Tetapi apa yang saya rencanakan tidak berjalan mulus. Akhir bulan April saya positif typus dan demam berdarah secara bersamaan. Bahkan dokter dan perawat di RS terlihat jaga jarak dengan saya, takut bilamana saya juga positif Covid-19. Setelah rapid test, saya dinyatakan negatif dan bisa menjalani rawat inap di RS tersebut.

Sakit, opname, jauh dari orang tua adalah 3 hal yang menyedihkan bagi saya. Teman saya akhirnya datang untuk menemani dan membawakan baju-baju saya. Saya hanya bisa menangis, sambil menahan lemah tubuh saya sembari video call dengan keluarga di Bali. Internet saya saat itu tidak cukup baik dan video tersendat tidak lancar. Tidak lama, kakak saya datang dari Jakarta menuju Cikarang untuk menjenguk saya.

Kami mencoba untuk telepon tatap muka dengan mengunakan jaringan telepon genggamnya. Saya kaget, karena telepon tatap muka begitu lancar dan saya bisa melihat wajah ayah, ibu, dan adik saya. Air mata jatuh saat bisa tersambung dengan jaringan yang digunakan kakak saya. Ia mengunakan Jaringan 3 Indonesia dengan tagline produk AlwaysOn dan untuk tahu lebih dalam dapat dicek disumbernya yaitu website www.tri.co.id.

Saya bicara pada kakak saya bahwa saya sudah mencoba untuk menghubungi orang tua saya tetapi jaringan yang saya gunakan sedang tidak bagus. Meskipun saya terbaring sakit dan lemah, saya bersyukur. Saya masih ditemani teman, kakak, dan #KalahkanJarak dengan Jaringan 3 Indonesia. Sangat bahagia rasanya walau hanya melihat wajah keluarga secara virtual, setidaknya saya sudah #KalahkanJarak  dengan Jaringan 3 Indonesia AlwaysOn.

Seminggu sudah saya dirawat di rumah sakit. Badan masih sedikit lemah dan saya harus kembali melanjutkan pekerjaan saya lewat daring. Setiap pagi terdapat meeting skype dan berlanjut pada cek dokumen, dan lain-lain.

Setelah itu, kadang saya mengisi waktu luang dengan bermain aplikasi Mobile Legend. Saat itu tepatnya sebelum libur Lebaran, kegiatan saya bisa ditebak. Bangun pagi, mandi, persiapan meeting skype, lanjut meeting kedua, istirahat makan dan main ML (Mobile Legend-sebuah aplikasi permainan daring), kemudian meeting ketiga, mandi, makan, tidur, repeating. Sudah tentu penuh dengan kegiatan yang membosankan dan berulang. Pernah suatu ketika saya begitu fokus bermain permainan daring ML, dan jaringan begitu buruk.

Saat itu saya tengah fokus untuk menaikkan rank saya, karena teman-teman saya sudah mencapai level tertinggi, yaitu Mytic dan saya masih Grand Master dan turun naik menuju Master. Karena begitu kesalnya dengan internet yang lambat dan jaringan yang buruk, saya membanting telepon genggam saya ke lantai dan kadang membantingkannya kepada tembok. Untuk tingkah saya satu ini, mohon untuk tidak ditiru, karena saya pun sesungguhnya malu untuk menceritakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline