Lihat ke Halaman Asli

Ruth Yuliana Palupi

tidak mencoba adalah kegagalan pertama seseorang

Bantu Jaga Ekonomi Indonesia dengan Menggali Bakat yang Terpendam

Diperbarui: 27 Juni 2020   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Topik hangat belakangan ini tidak lain adalah Covid-19. Penyakit ini telah menginfeksi jutaan umat manusia di seluruh dunia. Beberapa negara menerapkan lockdown untuk mengurangi kemungkinan penyebaran virus ini. Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak Covid-19 dengan jumlah penderita positif 51.427 per tanggal 26 Juni 2020 pukul 16:04 WIB, dilansir dari Kompas.com. Jumlah tersebut sangat fantastis dan terus bertambah setiap hari. Tidak hanya Indonesia, negara-negara lain yang telah memiliki kebijakan mencabut lockdown, tengah mengalami gelombang kedua virus yang berasal dari China ini. Di Indonesia sendiri dilakukan tindakan berupa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang berarti pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. PSBB telah sangat berimbas pada perekonomian di Indonesia salah satunya Stablitas Sistem Keuangan. Mengapa demikian? Kebijakan PSBB memaksa banyak pabrik untuk berhenti beroperasi untuk waktu tertentu, sehingga secara cashflow tentu tidak sebaik saat pabrik beroperasi. Banyak karyawan bekerja dari rumah, dirumahkan, bahkan banyak pula yang mengalami PHK. Masa-masa pandemik ini menjadi masalah global, tidak hanya dialami oleh Indonesia. Untuk tetap memastikan perekonomian Indonesia stabil, beberapa kebijakan dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral untuk menjaga kestabilan perekonomian Indonesia, salah satunya kebijakan makroprudensial. Mengutip dari Bisnis.com, kebijakan makroprudensial adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) apapun bentuknya, salah satunya menjaga agar nilai tukar rupiah tidak jatuh terhadap mata uang asing. Didukung oleh DJPPR Kemenkeu, dikeluarkan beberapa program stimulus untuk pemulihan ekonomi Indonesia, antara lain adanya bantuan pangan, BLT, subsidi listrik serta tunjangan untuk pra-kerja. Kemenkeu juga memberi subsidi bunga kepada debitur perbankan, perusahaan pembiayaan terhadap kredit UMKM, dan masih banyak langkah pemerintah lainnya dalam upaya memulihkan keadaan perekonomian Indonesia. 

Membicarakan tentang ekonomi skala besar tentu terasa rumit. Kita sebagai masyarakat Indonesia wajib untuk mendukung segala kegiatan untuk menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil. Dari skala mikro, kita bisa menjaga inflasi stabil dengan membatasi jumlah konsumsi, terutama di masa pandemik ini. Dengan adanya wabah Covid-19 dan kebijakan PSBB di Indonesia, kita memiliki banyak waktu luang di rumah. Hal itu menjadi hal penting bagi kita untuk menciptakan kesempatan. Tantangan ada di depan mata, memilih kasur untuk bersantai dan bermalas-malasan, atau memaksa diri untuk berkarya. Teman saya, sebut saja Gina, adalah seorang karyawan dari salah satu perusahaan  di Denpasar, Bali yang mendapat dampak negatif paling terasa karena sektor utama pendapatan daerah adalah melalui Pariwisata. Menurut data dari katadata.co.id, okupansi hotel di Bali turun hingga 80%. Hal ini memaksa banyak pegawai yang bekerja di Bali untuk memutar otak agar menghasilkan uang dan mengasah "bakat terpendamnya", termasuk Gina. Saya teringat setahun yang lalu, Gina pernah bertanya pada saya tentang bagaimana menemukan bakat dalam diri kita karena ia merasa tidak memiliki bakat apapun. Saya pun mengingat, tepatnya 7 tahun yang lalu saat kami masih duduk di bangku SMA. Gina mahir menggambar dengan style manga atau komik Jepang menggunakan pensil. Semenjak lulus SMA, dia tidak pernah lagi menggambar karena saat itu tengah fokus untuk mencari kuliah. Mengingat hal itu, saya menyarankan dia untuk mendalami kemampuan dan hasrat menggambar manga yang ia miliki dan terpendam sejak dulu.  Ia merasa tidak percaya diri untuk memulainya lagi, karena itu sudah berlalu sekitar 6 tahun yang lalu. Sebagai sahabat, saya terus meyakinkan dia untuk mendalami bakatnya menggambar dan mendorong dia untuk memperdalam kemampuan desain. Saat pandemik Covid-19 ini, ia kembali bercerita bahwa ia memiliki banyak waktu di rumah dan tiba-tiba ia mengirimkan saya re-draw dari foto saya menggunakan gaun putih. Ia berkata itu adalah early birthday present darinya untuk saya melalui pesan elektronik karena saat libur Lebaran kemarin, saya yang berdomisili di Kabupaten Bekasi tidak bisa pulang kampung ke Denpasar, Bali akibat pandemik ini. Saya sangat kaget sekaligus bangga melihat karyanya. Saya tidak menyangka bahwa dengan memotivasi seseorang, orang tersebut akan benar-benar memperdalam bakatnya yang telah terpendam selama 6 tahun yang lalu. Sebagai sahabat, saya menyarankan Gina untuk membuka usaha re-draw foto online sambil berdiskusi tentang berapa harga yang pantas untuk sebuah desain. Kini ia tengah menggeluti bidang desain dan terus mempertajam kemampuan desain yang ia miliki.

Sebuah bakat terpendam yang ia temukan akibat banyak waktu di rumah, ia memilih untuk berkarya ketimbang bermalas-malasan di rumah. Secara tidak langsung, dengan berkarya dan melakukan trasaksi jual beli, kita sudah membantu menjaga perekonomian Indonesia agar tetap stabil. Dari sisi  sebagai penjual, hal itu merupakan tambahan pemasukan bagi kita. Selama saya bekerja di rumah atau WFH (Work From Home), waktu luang memang lebih banyak ketimbang saat bekerja di kantor. Meeting secara daring tetap berlangsung, bahkan pada hari-hari tertentu, waktunya melebihi jam kerja pada umumnya, tetapi tidak dibayar lembur. Sebagai karyawan, itu merupakan bentuk loyalitas kepada perusahan, tetapi hal itu tidak terjadi setiap hari. Apabila hari-hari terntentu tidak banyak meeting, biasanya saya menghabiskan waktu untuk menulis artikel dan membuat cerpen (cerita pendek). Seingat saya, terakhir saya menulis esai, karya ilmiah, cerpen adalah sekitar 4 tahun yang lalu. Untuk memulainya kembali, butuh dorongan kuat. Berkali-kali saya mencoba untuk membuka laptop saya dan berujung pada browsing internet, bukan menulis. Sekitar 3 minggu kemudian, barulah saya membulatkan tekad kuat untuk menulis kembali. Bila melihat kilas balik, sejak saya SMA saya sudah terbiasa dengan menulis karya ilmiah, artikel, cerpen, dan beberapa kali saya mencoba untuk ikut beberapa lomba dan berkali-kali gagal. Dari jumlah total 40 kali partisipasi, saya bisa menang sebanyak 10 kali. Melawan rasa malas sebagai remaja pada umumnya saat itu, memang terasa sangat sulit. Tetapi saat itu saya mencoba berfikir berbeda, saya harus bekerja keras di masa SMA saya ini untuk mendapatkan kesempatan juara dalam lomba-lomba tersebut. Tujuan itu tidak lain untuk mempermudah saya dalam seleksi mencari kuliah. Saat saya kuliah pun, saya tidak pernah absen mengikuti lomba. Beberapa kali menang baik tingkat provinsi maupun nasional, menjadikan saya lebih bersemangat untuk melawan rasa malas. Saat itu saya mendapat piagam dan sejumlah uang, serta beberapa kali diundang untuk hadir dalam penyerahan hadiah. Piagam penghargaan itu saya gunakan saat saya mencari kuliah di ITS Surabaya melalui jalur SNMPTN Undangan. Hadiah berupa uang tunai tersebut saya simpan sebagai dana darurat saat saya kuliah dan bekerja nanti. Benar saja, setelah lulus dan bekerja di daerah Cikarang, Kabupaten Bekasi, saya menempati rumah kos baru dan harus mengisi kos tersebut dengan beberapa barang, sehingga kebutuhan meningkat. Dengan uang tabungan itulah saya pakai untuk membelinya.

4 tahun telah berlalu dan saya memang terjebak dalam zona nyaman sebagai karyawan. Gaji dan tunjangan memang memanjakan, hingga saya tenggelam dalam kenyamanan tersebut. Pandemi Covid-19 ini mengingatkan saya akan perjuangan dan hobi saya dulu. Kini, saya telah melawan rasa malas dan mencoba menghasilkan beberapa karya, baik artikel, esai, maupun cerpen. Saya mulai mengingat akan gaya tulisan saya saat itu. Hari demi hari saya terus mencoba untuk membaca kembali artikel lama saya dan menulis. Selama pandemik ini, telah banyak artikel, esai, cerpen, dan puisi yang saya ikutkan lomba. Saya sangat berharap agar dengan berpartisipasi secara positif dan mengajak teman-teman saya turut serta, bisa membangitkan semangat menulis, berkarya, apapun bidangnya. Semoga saya juga bisa menjuarai berbagai lomba tersebut.

Pandemik ini begitu terasa bagi saya, karena tunjangan sebagai karyawan dipotong untuk meringkankan beban perusahaan. Lewat kesempatan menulis ini, semoga saya juga bisa menghasilkan uang dan mengajak teman-teman untuk tetap di rumah dan berkarya. Selain menulis, saya juga aktif berjualan lewat daring dan media sosial. Beberapa barang jualan saya laku dan dapat menambah pemasukan saya. Sebagai masyarakat dalam lingkup mikro, itu adalah cara saya berkontribusi membantu perekonomian Indonesia. Saya juga mencoba untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan uang. Meskipun tunjangan yang saya dapatkan tidak penuh, itu bukan berarti saya bisa bersantai-santai, tetapi saya bangkit melakukan sesuatu. Saya telah membantu perekonomian Indonesia lewat karya-karya tulisan saya dan berjualan lewat media sosial. Bagaimana dengan kamu? Ingat, bijaklah dalam mengeluarkan uang. Tetap dirumah untuk bantu Indonesia lawan Covid-19. Tetap berkarya, mari bantu jaga perekonomian Indonesia.  

“Untuk menjadi inspirasi sebuah perubahan, kalian wajib melakukan transformasi di dalam diri sendiri dan jadilah role models di lingkungan sekitarmu terlebih dahulu. Sebab mustahil mengharapkan datangnya perubahan di dalam sebuah lingkungan, jika diri kalian sendiri saja tidak pernah melakukan perubahan.”- Sri Mulyani, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline