Lihat ke Halaman Asli

jaya maulana

Dosen dan peneliti di bidang kesehatan

Program Pendampingan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik oleh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan.Oleh : Jaya Maulana, SKM.M.Kes, Ristiawati SKM.M.Kes, Nonik Eka Martyastuti S.Kep.Ns.M.Kep

Diperbarui: 20 Desember 2022   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peningkatan kasus DBD terus terjadi terutama saat musim hujan. Kementerian Kesehatan mencatat di tahun 2022, jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia sampai dengan Minggu ke-22 dilaporkan 45.387 kasus dan jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus. Kelurahan Bandengan merupakan salah satu daerah endemis DBD di Kota Pekalongan. Data yang diperoleh dari Puskesmas Dukuh menunjukkan angka kejadian kasus DBD sebanyak 2 kasus pada Juli 2022, angka ini merupakan angka tertinggi diwilayah kerja Puskesmas Dukuh. 

Hal ini diperparah dengan masalah yang ada di kelurahan Bandengan, antara lain minimnya peran masyarakat dalam upaya pencegahan DBD dan kegiatan pemantauan jentik belum dilaksanakan secara rutin. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.

Pencegahan dan pengendalian DBD yang paling efektif dengan mengurangi populasi vektor nyamuk Aedes aegypti. Adapun salah satu pengendalian vektor dapat dilakukan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program gerakan 1 rumah 1 jumantik, edukasi deteksi dini untuk meningkatkan kemandirian warga Bandengan dalam pencegahan DBD di wilayahnya.

Hal tersebut mendorong tim peneliti dan pengabdian masyarakat dari Fakultas Ilmu Kesehatan UNIKAL untuk melakukan pendampingan pada masyarakat. Permasalahan yang muncul akan diselesaikan dengan beberapa kegiatan yaitu: Sosialisasi G1RIJ pada pemerintah desa. tokoh masyarakat dan tokoh agama, edukasi pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan dan masyarakat tentang deteksi dini pencegahan DBD, membentuk dan mengaktifkan lagi tim jumantik tingkat RT, melatih tim juru pemantau jentik (jumantik). 

Indikator keberhasilan dari kegiatan PKM ini adalah sebagai berikut : meningkatnya pengetahuan, ketrampilan serta kemandirian warga dalam program kegiatan G1R1J, terbentuknya tim monitoring jumantik tingkat RT,  Meningkatnya kesadaran dan peran seta masyarakat dalam pencegahan DBD. 

Kegiatan Pengabdian dilaksanakan selama 1 Bulan, yaitu September 2022 yang terbagi menjadi 1 kali pelaksanaan luring dengan 3 topik diskusi dan 1 kali pelaksanaan daring untuk evaluasi tim tot dan monev. Dalam kegiatan pengabdian dihadiri 30 warga yang terdiri dari kader kesehatan, ketua RW, tokoh masyarakat,tokoh pemuda dan aparat pemerintah desa. Adapun metode kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan penyuluhan, FGD dan Role play. 

Penyuluhan kesehatan merupakan aktivitas pendidikan kesehatan dengan cara memberikan pesan, membangun keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya menjadi sadar, tahu dan paham, serta dapat ikut dan berbuat sesuatu sesuai anjuran dan berkaitan dengan kesehatan. Tingkat keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan bergantung kepada komponen pembelajarannya. Salah satu komponen dari proses pembelajaran tersebut adalah media penyuluhan (Suharsono,2013).

Sebelum kegiatan berlangsung , tim memberikan pre-tes untuk mengukur pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini DBD dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Hasil pre-tes menunjukkan dari 30 orang yang hadir hanya 5 orang yang dapat menjawab dengan benar, 25 orang yang lain menjawab dengan salah. Hal ini menunjukkan rendahnya pengetahuan responden. Setelah diskusi selama 3 jam tim kembali memberikan post-tes , dari 30 orang peserta 27 diantaranya menjawab benar, artinya ada peningkatan pengetahuan pada pesrta. 

Selain adanya peningkatan pengetahuan dalam kegiatan ini juga terbentuk tim TOT dan tim monev yang akan menyebarkan pengetahuan serta menularkan skill dalam melakukan pengamatan jentik nyamuk di rumah warga, serta melakukan monitoring jumantik di tingkat RW. Tim TOT terdiri dari 8 kader, 6 ketua RW dan 5 orang anggota organisasi pemuda desa yang nantinya akan meyebarkan informasi dan skill cara melakukan pengamatan jentik nyamuk.

Tim monev terdiri dari supervisor kelurahan, dalam hal ini adalah carik desa yang akan berkoordinasi dengan puskesmas terkait hasil pemantauan jentik di desa, kemudian koordinator tingkat RT yang bertugas untuk melakukan pemantauan jentik di fasilitas umum serta berkoordinasi dengan jumantik rumah serta supervisor desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline