Lihat ke Halaman Asli

Selamat Jalan, Ya Ramadhan

Diperbarui: 15 Juli 2015   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Perjalanan Ramadhan, bulan yang penuh berkah ini segera berakhir,

Telah kutunaikan semua kewajiban puasa-ku. ” Puasa ini untukKu” demikian firman Allah yang disampaikan Nabi melalui hadist-nya “.......... dan Aku sendiri yang akan membalasnya". Benar.......... puasaku di bulan Ramadhan ini memang untukNya. Tidak ada seorangpun yang tahu kalau saya sedang berpuasa kepadaNya, dan hanya kepadaNya. Tapi apakah aku telah benar-benar meninggalkan nafsu-ku jauh di belakang?. Aku jadi ragu......

Selamat jalan Ramadhan,

Telah kutunaikan puasaku sebagai kewajiban dariMu, agar aku jadi bertaqwa. Tapi mengapa masih saja terbit nafsu marahku melihat warung-makan yang buka di siang hari?. Aku masih saja sulit dibuat ihlas untuk menerima bahwa mereka menyediakan sarana untuk kaumku yang sedang tidak berpuasa. Tidakkah aku seharusnya jadi bersyukur karena aku telah kau beri kesempatan untuk menunaikan puasaku ......... untukMu?

Selamat jalan ya Ramadhan,

Ibadahku meningkat berpuluh kali lipat di masa Ramadhan ini. Rela aku berdesak shalat lima waktu di Masjid yang kemeriahannya meningkat di bulan suci ini. Tak kurasakan capai lelah bertaraweh usai menunaikan shalat Isya berjama’ah di Masjid. Kuusir kemalasanku untuk sekadar melakukan i’tikaf di rumahMu 10 malam terakhir ini, hanya berharap ridla dariMu. Tapi benarkah aku ihlas melakukannya? Atau hanya karena iming-iming pahala seperti yang Kau janjikan?. Aku makin ragu...........

Selamat tinggal ya Ramadhan,

Amalku sudah kutunaikan secara maksimal di bulan penuh rahmat ini. Zakat Fithrah-ku..... Zakat Mal, yang kusengaja kutunaikan penuh di bulan ini. Infaq dan shadaqah ku juga tak kurang. Tapi apa yang kulakukan pada 11 bulan ke depan? Atau semuanya ini kulakukan dengan segala perhitungan untung-rugi agar pahala yang kuterima berlipat dariMu? Aku makin ragu akan keihlasanku sendiri.......

Selamat tinggal wahai ta’jil Ramadhan,

Entah berapa kali aku secara bersama berkeliling membagikan ta’jil sahur dan berbuka untuk para dhuafa dan para musafir yang kutemui di jalanan. Tak kupedulikan benar apa mereka yang menerimanya ini benar-benar membutuhkannya...... Memang aku ingin berbagi atau hanya sekadar menuruti nafsuku untuk beroleh pahala? Apa yang kulakukan nanti di 11 bulan ke depan?

Selamat tinggal wahai anak2 Yatim Piatu,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline