Lihat ke Halaman Asli

Keramas? Siapa takut?

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1376285957305654955

Keramas? Siapa takut? Ayolah, mumpung ada iklan shampo besar-besaran! (sekedar meng-edit tulisan biar gambar iklannya enak diliat)

Almarhumah Nenek saya dari pihak Ibu, berpendidikan HIS (Holandsche Inlandsche School, sekolah yang disamakan dengan pendidikan di Negeri Belanda, setara SD sekarang). Sekolah yang 7 tahun itu tidak sembarang anak boleh memasukinya. Sekolah itu hanya diperuntukkan buat anak2 Belanda atau Pribumi yang "ningrat". Tak heran Nenek casciscus ber-"holland sprekken" ria biarpun kepada cucunya.

Biarpun begitu, Nenek masih memegang kuat adat Jawanya, antara lain rela dijodohkan dengan pemuda yang nyaris tak berpendidikan (tapi kemudian ternyata pemuda itu mampu jadi tuan tanah dikampungnya dan mengajak Nenek berhaji, satu-satunya Haji di kampung itu), yaitu Kakek saya. Dalam segala hal Nenek berpikiran sangat maju, mendorong anak-anaknya sekolah setinggi mungkin. Tapi minimal dalam satu hal beliau tetap memakai cara kuno.  Keramas!

Biasanya beliau keramas rambutnya seminggu sekali.  Sejak hari Rabu beliau sudah (menyuruh orang laaah) membakar jerami padi dan merendam abunya dalam sebuah gentong tanah liat.  Sabtu sore, biasanya ritual keramas rambut itu dimulai.  Air rendaman jerami itu disaring dan dipakai buat keramas seluruh anggota keluarga, termasuk cucu-cucunya bila kebetulan ada di sana.  Seingat saya air itu tidak terlalu berbusa seperti shampo sekarang. Tapi meninggalkan bau wangi di rambut. Heran!

Tapi kebiasaan itu sudah ditinggalkan oleh Ibu saya. Beliau sudah menjelma jadi manusia modern seutuhnya dan jadi korban iklan shampo yang seperti ini ..............

[caption id="attachment_259198" align="aligncenter" width="249" caption="(designgratis.com)"][/caption] Sekarang?

Saat ini kan banyak wanita Muslim menggunakan jilbab. Idiom "rambut adalah mahkota wanita" sudah bergeser maknanya. Rambut perempuan kini tidak lagi jadi konsumsi publik. Kalau sudah begitu, apa gunanya shampo mahal? Mencuci rambut toh bisa kembali pake cara lama dengan pake air rendaman jerami itu kan? Lebih sehat, lebih natural dan lebih murah. Karena keramas dengan cara alami tidak meninggalkan limbah, tidak berat di kantong. Soal ribet menyiapkannya alias gak praktis? Anggap saja itu acara ritual keluarga, sebagai suatu cara untuk lebih dekat dengan keluarga tercinta.  Kalau sedang di luar kota?  Gak masalah kan?  Masa keberatan menunggu sampai pulang ke rumah?

Jadi kalo sekarang ada gambar lain yang mengiklankan shampo, anggap saja itu memang saya sedang mencla mencle......  Menganjurkan keramas tanpa pake shampo, tapi ternyata masih juga memasang gambar dan iklan shampo,  bahkan lengkap dengan gambar seorang perempuan berambut panjang. Memang saya seorang yang mencla-mencle.  Sudah terkenal kok.  Sumprit!

Atau paling tidak, anda semua dapat wacana kan, bagaimana iklan shampo sekarang ini dibandingkan dengan iklan shampo jadul? (Mudah-mudahan saja gak dilempar asbak oleh isteri saya ,  karena ngusulin yang aneh-aneh wakakaka)

Salam iklan shampo!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline