Untuk Memilih antara mbak Nus, Mer, Avi dan Win adalah pilihan yang sulit jika saya harus memilih dan menilai siapa yang paling baik dan terbaik karena masing-masing mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang pria yang sudah beristri dan mempunyai anak maka pasti saya akan menemukan gangguan secara ekonomis dalam rumah tangga jika saya salah dalam menentukan pilihan dari empat pilihan tadi.
Perkenalan saya dengan empat pilihan tadi bermula ketika saya di promosi jabatan dan mutasi dari kota tempat tinggal saya di Malang, Jawa Timur ke kabupaten Ende di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) kurang lebih 1,5 tahun lalu. Karena sering pulang pergi dari NTT ke Jawa Timur dan sering ketemu maka saya jadi kenal dan akrab dengan mereka. Ke-empatnya secara bergantian mendampingi dan mengantar saya sampai bandara ketika saya ada tugas ke Jakarta, Mataram, dan Denpasar atau untuk pulang ke rumah untuk menengok istri dan anak saya. Mereka sangat baik, perhatian bahkan tiga diantaranya bahkan sering memberikan makanan di perjalanan sehingga saya tidak bête, kecuali Win yang tidak pernah beri makanan tapi dari segi usia memang lebih muda, mulus, bersih dan modis dibanding dua tadi tapi yang satu ini agak pelit dibanding dua lainnya.
Mbak Nus memang kelahiran 80-an tapi dari segi body masih bagus, mulus di banding Mer yang lebih muda tapi body kurang siiipp, tapi mbak Nus secara jam terbang kalah sama Mer. Mer lebih punya banyak pengalaman walau secara wajah Mer lebih kelihatan agak pucat karena memang secara body-nya lebih kurus dan kurang cakep karena kurang di make up, saya dengar sih dari tetangga konon Mer sedang dilanda masalah keuangan, hutangnya banyak jadi memang agak ribet dengan yang satu ini. Kalau Avi hampir sama dengan Mbak Nus dari segi usia, dia juga kelahiran 80-an tapi dalam melayani agak lebih asik dan sedikit nyaman, kalau bawa makanan lebih enak dibanding mbak Nus. Bagaimana dengan Win?...yang satu ini memang luar biasa, karena secara usia masih muda sudah pasti secara body T.OP.B.G.T. gitu loh, mulus, modis dan dilihat dari sisi mana aja asik punya walau dari segi dalam melayani kadang nyebelin. Sering jual mahal, agak egois kalau lagi dibutuhkan tapi kalau dia lagi butuh dia ngobral dan ngejar terus.
Setelah 1,5 tahun berkenalan dengan mereka, memang agak menguras kantong dan menggangu keuangan rumah tangga. Gaji dan penghasilan yang seharusnya buat istri dan anak dirumah jadi berkurang karena harus menyisihkan uang untuk mereka. Win adalah sosok yang paling matre, butuh biaya agak banyak kalau mau jalan dengan dia. Mungkin karena masih muda, berasal dari lingkungan kaya yang menguasai bisnis penerbangan di Indonesia. Berbeda dengan Mbak Nus, Avi dan Mer yang lebih fleksibel dari segi biaya kalau mau jalan dengan mereka. Dari sisi menepati janji, Win lebih konsisten daripada tiga lainnya. Yang paling parah adalah Mer yang sering ingkar janji dan batalin jalan se-enaknya sendiri sedangkan Nus lebih sopan kalau dia sedang “berhalangan” dia pasti kasih kabar dan minta maaf. Dari ketiganya ada satu yang berbeda yaitu mbak Nus, setiap mau jalan dia pasti mengajak berdoa, memang lebih alim dari yang lainnya.
Itulah sekelumit pengalaman saya dengan empat maskapai penerbangan Transnusa, Merpati, Sky Aviation dan Wings Air. Sebutan mbak Nus untuk Transnusa, Avi untuk Sky Aviation, Mer untuk Merpati Air dan Win untuk Wings Air adalah sebutan guyonan saya untuk empat maskapai ketika berkelakar dengan teman di kantor. Potongan nama maskapai di Indonesia memang identik dengan nama panggilan wanita, saya belum mengulas tentang maskapai lainnya seperti mbak Sri, mbak Siti, mbak Li, mbak Susi untuk masing maskapai Sriwijaya Air, Citilink, Lion Air dan Susi Air. Empat penerbangan tersebut sering saya gunakan sebagai moda transportasi udara untuk melintasi Pulau Timor menuju Pulau Flores. Perjalanan wira-wiri dari rumah ke tempat tugas memang banyak menguras waktu, tenaga dan biaya, terutama biaya yang sangat mempengaruhi perekonomian keluarga karena mengurangi jatah yang harus saya setor kerumah.
“ Besok pulang ke Malang di temani siapa mas?”. “ Pulang besok ditemani sama mbak Mer” jawab saya, artinya saya akan pulang menggunakan Merpati Air. “ Kalo mbak Mer lagi berhalangan gimana mas?”, Ya, saya telepon mbak Nus…he he…”
Penerbangan lintas Nusa Tenggara banyak menggunakan pesawat propeller menggunakan baling-baling dengan rata-rata penumpang 50-70 orang karena rata-rata bandara di Nusa Tenggara mempunyai landasan yang pendek. Empat maskapai yang saya sebutkan tadi menggunakan pesawat Fokker 50 untuk Transnusa dan Sky Aviation, pesawat bermesin turboprof buatan Belanda 1864 KW dengan enam bilah baling-baling. Sedangkan Merpati Air menggunakan pesawat Pesawat Modern Ark 60 (MA-60) buatan pabrik Xi’an China dan Wings Air menggunakan pesawat ATR 72-500 dan ATR 72-600 produksi Perancis yang mulai di perkenalkan tahun 2009. (http://id.wikipedia.org/wiki/..)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H