Lihat ke Halaman Asli

Penulis Senja

Guru Honorer

Dampak Kurikulum Merdeka terhadap Siswa: Anak Tidak Bisa Membaca Bisa Naik Kelas

Diperbarui: 4 Agustus 2024   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sragen, 4 Agustus 2024 -- Kurikulum Merdeka, yang mulai diterapkan secara nasional pada tahun ajaran 2021/2022, terus menuai kontroversi terkait dampaknya terhadap siswa. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah fenomena siswa yang belum mampu membaca dengan baik namun tetap bisa naik kelas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan pendidik mengenai efektivitas kurikulum baru ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan fleksibilitas lebih besar kepada sekolah dalam menyusun program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Tujuan utama dari kurikulum ini adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan relevan, serta mendorong pengembangan karakter dan keterampilan abad ke-21. Namun, penerapan kurikulum ini juga menghadirkan tantangan baru.

Beberapa laporan dari berbagai daerah menunjukkan bahwa ada siswa yang naik kelas meskipun kemampuan membaca mereka belum memadai. Di salah satu sekolah dasar di Jakarta, misalnya, seorang guru kelas tiga mengungkapkan bahwa beberapa muridnya masih kesulitan membaca namun tetap naik kelas. 

"Kami memang memberikan perhatian khusus kepada anak-anak yang mengalami kesulitan, tetapi pada akhirnya mereka tetap naik kelas karena kebijakan yang mengutamakan inklusivitas dan perkembangan non-akademik," ujar guru tersebut.

Hal serupa juga terjadi di beberapa daerah lain, termasuk di Yogyakarta dan Surabaya. Orang tua dan pengamat pendidikan mulai mempertanyakan apakah pendekatan ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi siswa. 

"Saya khawatir anak saya tidak mendapatkan dasar pendidikan yang kuat. Jika mereka naik kelas tanpa bisa membaca dengan baik, bagaimana mereka bisa mengikuti pelajaran yang lebih sulit di kelas berikutnya?" kata Lestari, seorang ibu dari siswa kelas dua di Yogyakarta.

Di sisi lain, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan pendekatan holistik terhadap pendidikan. 

Menteri Nadiem Makarim menyatakan bahwa tujuan utama kurikulum ini adalah untuk mengembangkan karakter dan kemampuan siswa secara menyeluruh, tidak hanya fokus pada aspek akademik semata. 

"Kami ingin memastikan bahwa semua anak mendapatkan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Kurikulum Merdeka memungkinkan pendekatan yang lebih personal dan inklusif," kata Nadiem.

Kemendikbudristek juga menjelaskan bahwa kurikulum ini mengedepankan penilaian formatif yang berkelanjutan, di mana perkembangan siswa dinilai secara menyeluruh, termasuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 

Dalam konteks ini, siswa yang memiliki kesulitan akademik tetap diberikan dukungan tambahan untuk memperbaiki kemampuan mereka tanpa harus mengulang kelas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline