Sragen, 22 Juli 2024 -- Sistem pendidikan di Indonesia terus menjadi topik perdebatan yang hangat, dengan banyak pihak mempertanyakan apakah sistem yang ada saat ini memerlukan perubahan mendasar untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menghasilkan lulusan yang siap bersaing di kancah global. Para ahli pendidikan, pemerintah, dan masyarakat luas memiliki pandangan yang beragam mengenai hal ini.
Saat ini, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam sistem pendidikannya. Laporan dari Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa prestasi siswa Indonesia dalam bidang membaca, matematika, dan sains masih berada di bawah rata-rata internasional. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di semua tingkatan.
Dr. Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, menyatakan, "Sistem pendidikan kita perlu fokus pada pengembangan keterampilan abad ke-21, seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital. Kurikulum yang ada saat ini terlalu berfokus pada hafalan dan ujian, yang tidak lagi relevan dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang."
Salah satu aspek yang sering dikritik adalah ketergantungan pada ujian nasional sebagai penentu keberhasilan siswa. Banyak yang berpendapat bahwa sistem evaluasi ini terlalu menekankan pada nilai akhir dan kurang memperhatikan proses pembelajaran. Prof. Eko Prasetyo, seorang ahli pendidikan dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan, "Kita perlu mengembangkan metode evaluasi yang lebih holistik, yang tidak hanya mengukur kemampuan akademis, tetapi juga keterampilan sosial dan emosional siswa."
Selain itu, kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan juga menjadi masalah yang perlu diatasi. Siswa di daerah pedesaan sering kali tidak memiliki akses yang sama terhadap fasilitas pendidikan berkualitas, teknologi, dan guru yang kompeten. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengatasi masalah ini, termasuk program Guru Penggerak dan Merdeka Belajar. "Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas, di mana pun mereka berada," ujar Nadiem.
Perubahan dalam sistem pendidikan juga perlu mempertimbangkan integrasi teknologi dalam pembelajaran. Pandemi COVID-19 telah menunjukkan pentingnya teknologi dalam mendukung proses belajar-mengajar. Namun, banyak sekolah di Indonesia yang masih belum siap menghadapi tantangan ini. Pengembangan infrastruktur teknologi dan pelatihan guru dalam penggunaan teknologi menjadi langkah penting yang harus diambil.
Dukungan dari masyarakat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan juga sangat penting. "Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Kita perlu bekerja sama untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif, inovatif, dan responsif terhadap perubahan zaman," kata Prof. Eko.
Dengan segala tantangan yang dihadapi, jelas bahwa sistem pendidikan di Indonesia memerlukan perubahan untuk dapat bersaing di kancah global dan memenuhi kebutuhan masa depan. Langkah-langkah yang lebih berani dan inovatif diperlukan untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak dan mampu berkontribusi secara maksimal bagi pembangunan bangsa.
Penulis: Jawahirul Ahyar
Sumber: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Programme for International Student Assessment (PISA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H