Lihat ke Halaman Asli

Penulis Senja

Guru Honorer

Jejak Terakhir di Bumi

Diperbarui: 29 Mei 2024   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu, kota Megapolis dibungkus kegelapan. Lampu-lampu kota berkelap-kelip di bawah langit malam yang pekat, menyisakan bayangan panjang di setiap sudut jalanan yang sepi. Di tengah keramaian yang sunyi, seorang detektif bernama Aria tengah duduk di kantornya, memandangi papan penuh dengan potongan koran dan foto-foto. Kasus hilangnya orang-orang penting di kota itu tak kunjung menemui titik terang.

Semua korban hilang tanpa jejak. Tak ada tanda-tanda perlawanan, tak ada petunjuk yang berarti. Mereka lenyap begitu saja. Aria, seorang detektif yang dikenal akan ketelitiannya, merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.

Suatu malam, saat sedang memeriksa berkas-berkas lama, Aria menemukan pola aneh. Semua korban terakhir terlihat di sekitar wilayah pabrik tua di pinggiran kota, yang telah lama ditinggalkan. Ada sesuatu yang memanggilnya untuk memeriksa tempat itu. Dengan persiapan dan keberanian, Aria menuju pabrik tua tersebut.

Saat Aria memasuki pabrik, suasana dingin dan sunyi menyambutnya. Udara berbau logam dan debu memenuhi paru-parunya. Aria menyalakan senter dan mulai menyusuri setiap sudut pabrik. Di tengah pencariannya, ia menemukan sebuah pintu rahasia yang tersembunyi di balik tumpukan barang-barang tua. Pintu itu terkunci, tetapi dengan sedikit usaha, Aria berhasil membukanya.

Di balik pintu tersebut, terdapat tangga yang menuju ke bawah tanah. Jantung Aria berdegup kencang saat ia menuruni tangga tersebut. Di ujung tangga, ia menemukan sebuah ruangan besar yang dipenuhi oleh perangkat teknologi canggih yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Monitor-monitor besar menampilkan data dan gambar yang tidak ia mengerti.

Di sudut ruangan, Aria melihat seseorang yang diikat di kursi. Ia mendekat dan mengenali wajah korban terakhir yang hilang, seorang ilmuwan terkenal bernama Dr. Adrian. Dengan cepat, Aria melepaskan ikatan Dr. Adrian yang terlihat lemah dan ketakutan.

"Siapa yang melakukan ini padamu?" tanya Aria dengan suara rendah.

Dr. Adrian, dengan napas yang tersengal-sengal, menjawab, "Mereka... mereka bukan manusia. Mereka datang dari tempat yang tidak pernah kita bayangkan. Mereka menculik kita untuk eksperimen. Kita harus keluar dari sini sebelum mereka kembali."

Aria merasa tubuhnya merinding mendengar kata-kata Dr. Adrian. Ia membantu Dr. Adrian berdiri dan mulai mencari jalan keluar. Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, pintu masuk ruangan itu terbuka dengan suara keras. Beberapa sosok tinggi dengan wajah yang tidak sepenuhnya manusia masuk ke dalam ruangan.

Aria dan Dr. Adrian segera bersembunyi di balik perangkat teknologi. Aria merasakan adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya. Ia tahu mereka harus menemukan cara untuk keluar dari sana dengan cepat. Dengan kecerdikannya, Aria menemukan panel kontrol yang tampaknya mengatur pintu darurat di ruangan tersebut. Ia menekan beberapa tombol, dan pintu darurat terbuka.

"Sekarang!" bisik Aria. Ia dan Dr. Adrian berlari menuju pintu darurat dan berhasil keluar sebelum para makhluk itu menyadari keberadaan mereka. Mereka terus berlari melewati lorong-lorong gelap hingga akhirnya menemukan jalan keluar menuju permukaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline