Lihat ke Halaman Asli

Penulis Senja

Guru Honorer

Pagi Buta di Balik Kesunyian

Diperbarui: 22 Mei 2024   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang tenang, ketika fajar belum menampakkan sinarnya, ada seorang pemuda bernama Arif yang selalu bangun lebih awal. Setiap pagi buta, ia keluar dari rumahnya yang sederhana, menembus dinginnya udara pagi, dan berjalan menuju ladang yang terletak di pinggir desa. Ladang itu adalah sumber penghidupannya dan ibunya yang sudah tua.

Arif adalah anak yang berbakti. Ayahnya sudah lama tiada, dan sejak saat itu, Ariflah yang mengambil alih tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Ia tidak pernah mengeluh, meski kehidupannya penuh dengan kesulitan dan tantangan. Baginya, senyum ibunya adalah alasan untuk terus berjuang.

Pagi itu, seperti biasa, Arif membawa cangkul dan keranjang di pundaknya. Langit masih gelap, hanya ditemani oleh cahaya bintang yang redup. Ia berjalan dengan langkah mantap, menyapa beberapa tetangga yang juga sedang bersiap-siap untuk memulai hari mereka.

Sesampainya di ladang, Arif mulai bekerja. Ia mencangkul, menanam, dan merawat tanaman dengan penuh kesabaran. Di antara kesunyian pagi, hanya terdengar suara cangkul yang beradu dengan tanah dan kicauan burung yang mulai terbangun. Meski lelah, Arif merasa damai. Pekerjaan ini telah menjadi bagian dari hidupnya, dan ia menikmatinya.

Sementara itu, di sebuah rumah yang lebih besar di desa itu, tinggal seorang gadis bernama Laila. Laila adalah anak kepala desa, hidupnya penuh dengan kemewahan dan kenyamanan. Namun, di balik semua itu, Laila merasa kesepian. Ia sering melihat Arif dari jendela kamarnya saat pemuda itu berangkat ke ladang. Ada sesuatu tentang kesederhanaan dan keteguhan Arif yang membuat Laila tertarik.

Suatu hari, Laila memberanikan diri untuk berbicara dengan Arif. Ia bangun lebih awal dan mengikuti Arif ke ladang. Sesampainya di sana, Laila melihat Arif sedang bekerja dengan penuh semangat.

"Selamat pagi, Arif," sapa Laila dengan senyuman.

Arif terkejut melihat Laila di ladangnya. "Selamat pagi, Laila. Apa yang membawamu kemari pagi-pagi sekali?"

Laila tersenyum malu. "Aku sering melihatmu bekerja dari jendela kamarku. Aku ingin tahu lebih banyak tentang apa yang kamu lakukan di sini."

Arif tersenyum. "Aku hanya seorang petani sederhana, Laila. Setiap pagi buta, aku datang ke sini untuk merawat ladang ini. Ini adalah sumber penghidupan bagi keluargaku."

Laila merasa tersentuh oleh kesederhanaan dan ketulusan Arif. "Bolehkah aku membantumu hari ini?" tanyanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline