Di sebuah kota kecil yang terletak di kaki gunung, terdapat sebuah sekolah yang penuh warna. Sekolah itu dikenal karena murid-muridnya yang berasal dari berbagai latar belakang. Di sinilah kisah persahabatan unik antara dua siswa, Raka dan Nisa, bermula.
Raka adalah seorang anak yang cerdas dan rajin. Ia berasal dari keluarga sederhana yang mengutamakan pendidikan. Ayahnya bekerja sebagai petani, sementara ibunya menjual hasil kebun di pasar. Raka dikenal sebagai siswa yang pendiam dan suka membaca. Baginya, buku adalah jendela dunia yang mengajarkan banyak hal.
Di sisi lain, Nisa adalah anak yang ceria dan penuh semangat. Dia berasal dari keluarga kaya, dengan ayah seorang pengusaha sukses dan ibu seorang dosen di universitas terkemuka. Nisa sangat suka musik dan pandai bermain piano. Meski kehidupannya berkecukupan, Nisa tidak sombong dan selalu ramah terhadap semua orang.
Perbedaan latar belakang mereka sangat mencolok, namun takdir mempertemukan mereka dalam satu kelompok belajar di sekolah. Awalnya, Raka merasa canggung dan tidak yakin bisa berteman dengan Nisa yang tampak sangat berbeda dengannya. Nisa, di sisi lain, melihat perbedaan ini sebagai kesempatan untuk belajar dan berteman dengan orang baru.
Suatu hari, guru mereka memberikan tugas kelompok yang mengharuskan mereka bekerja sama. Mereka diminta membuat presentasi tentang budaya lokal yang berbeda. Raka dan Nisa harus mencari cara untuk menggabungkan kekuatan mereka dan menghasilkan sesuatu yang menarik.
"Raka, aku punya ide," kata Nisa dengan antusias. "Bagaimana kalau kita membuat presentasi yang menggabungkan cerita rakyat dan musik tradisional?"
Raka terkejut mendengar ide Nisa. "Aku tidak tahu banyak tentang musik, Nisa. Tapi aku bisa membantumu dengan cerita rakyat."
Nisa tersenyum. "Kita bisa belajar dari satu sama lain, Raka. Aku akan mengajarkanmu tentang musik, dan kamu bisa mengajariku tentang cerita rakyat."
Mereka mulai bekerja sama, berbagi pengetahuan dan keterampilan. Raka mengajarkan Nisa tentang berbagai cerita rakyat yang penuh makna dan nilai moral. Sementara itu, Nisa mengajarkan Raka cara memainkan alat musik tradisional yang indah. Mereka saling melengkapi, dan lambat laun, persahabatan mereka semakin erat.
Pada hari presentasi, kelas mereka terpesona dengan kolaborasi Raka dan Nisa. Mereka menampilkan sebuah cerita rakyat yang diiringi dengan musik tradisional yang dimainkan oleh Nisa dan Raka. Presentasi mereka mendapatkan tepuk tangan meriah dan pujian dari guru serta teman-teman mereka.
Setelah presentasi, Raka dan Nisa duduk di bangku taman sekolah. "Raka, aku senang kita bisa bekerja sama meskipun kita sangat berbeda," kata Nisa.