Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, tinggal seorang pria bernama Joko yang baru saja mengalami patah hati. Istrinya, Rina, meninggal setahun yang lalu karena penyakit yang tiba-tiba, meninggalkan Joko bersama kenangan dan rumah yang kini terasa begitu sepi.
Joko menghabiskan hari-harinya bekerja sebagai tukang kebun, mencoba mengalihkan perhatian dari kesedihannya. Namun, di malam hari, dia sering terjaga, duduk di beranda, memandangi bintang sambil merindukan Rina.
Suatu hari, teman lamanya, Mirna, datang mengunjungi. Mirna adalah seorang perawat di pusat kesehatan setempat, yang juga telah kehilangan suaminya beberapa tahun yang lalu.
"Mengingat orang yang kita cintai tidak berarti kita tidak bisa membuka hati lagi, Joko," kata Mirna saat mereka duduk menikmati teh di beranda. "Mungkin saatnya kamu menemukan sesuatu, atau seseorang, yang baru untuk dicintai."
Joko menghela napas, "Aku tidak yakin aku siap, Mirna. Aku masih sangat merindukan Rina."
Mirna mengangguk, "Dan itu sah-sah saja. Tapi, percayalah, menemukan cinta baru tidak menghapus cinta yang lama. Hanya menambah lebih banyak cinta ke dalam hidupmu."
Tidak lama setelah percakapan itu, Joko mulai memperhatikan seekor anjing yang sering berkeliaran di taman tempat ia bekerja. Anjing itu, yang ia namai Bono, tampaknya tidak memiliki rumah dan sering kali terlihat lapar dan sedih.
Dengan hati yang masih berduka, Joko mulai memberi makan Bono setiap hari. Perlahan, anjing itu mulai mengikuti Joko ke mana-mana, dan suatu hari, tanpa banyak pertimbangan, Joko memutuskan untuk membawa Bono pulang.
Kehadiran Bono membawa perubahan yang tidak terduga dalam hidup Joko. Rumah yang dulu sepi kini dipenuhi dengan suara langkah kaki dan kegembiraan. Joko menemukan dirinya tertawa lebih sering, berbicara dengan Bono seolah-olah anjing itu bisa memahami setiap kata.
Pada suatu sore, saat Joko dan Bono sedang berjalan-jalan di taman, mereka bertemu dengan seorang wanita yang sedang bermain dengan anjingnya. Wanita itu, Lisa, adalah seorang guru di sekolah dasar setempat. Mereka mulai berbicara, dan tidak lama kemudian, berjalan-jalan bersama di taman menjadi rutinitas mereka.
Hari demi hari, Joko mulai menyadari bahwa dia menantikan pertemuan mereka di taman. Lisa, dengan senyumnya yang hangat dan cara dia tertawa, perlahan memenuhi ruang di hati Joko yang ia pikir selamanya akan kosong.