Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di balik lembah yang sunyi, tinggalah seorang anak laki-laki bernama Milo. Setiap malam, Milo memiliki ritual khusus: ia akan duduk di jendela kamarnya yang menghadap ke langit yang luas dan menghitung bintang sambil berbisik kecil kepada mereka. Bintang-bintang itu baginya adalah teman-teman yang berkedip senyuman dari kejauhan.
Suatu malam, ketika angin sejuk musim gugur menyapu melalui celah-celah jendela, Milo menyadari sesuatu yang mencengangkan. Ada kekosongan di langit tempat salah satu bintang favoritnya, Luna, biasanya berada. Luna, bintang yang selalu paling terang dan yang pertama menyapanya setiap malam, kini hilang.
Ketakutan namun penuh tekad, Milo memutuskan untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Luna. Dia mempersenjatai dirinya dengan senter, sebuah peta langit dari buku tua di perpustakaan desa, dan sebuah kompas yang ia dapat dari ayahnya.
Perjalanannya membawa Milo ke dalam hutan di luar desa, tempat cerita-cerita lama mengatakan bahwa langit menyentuh bumi dan bintang-bintang bisa beristirahat. Hutan itu tebal dan gelap, tetapi Milo tidak gentar. Dia mengikuti peta dan kompasnya, berbicara kepada hutan seolah-olah itu sahabat lama, menceritakan tentang Luna dan betapa pentingnya bintang itu baginya.
Setelah berjam-jam menyusuri hutan, Milo sampai di sebuah padang rumput tersembunyi yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Di tengah padang rumput itu, tertanam sebuah cermin besar, misterius, dan antik yang tampaknya muncul dari tanah. Cermin itu tidak memantulkan bintang-bintang di langit, tapi malah menunjukkan gambaran langit yang berbeda, sebuah langit tanpa Luna.
Milo mendekati cermin itu dan meletakkan tangannya dengan ragu pada permukaannya. Cermin itu terasa hangat dan langsung menariknya ke dalam, ke sebuah dimensi di mana bintang-bintang terlihat dekat dan nyata, seolah ia bisa menyentuhnya. Di sana, dia melihat Luna, terperangkap dalam jaring yang terbuat dari kabut dan kegelapan.
Dengan keberanian yang ditemukan dalam dirinya, Milo berjuang untuk membebaskan Luna, mengurai jaring kabut dengan tangan kecilnya. Akhirnya, dengan usaha yang gigih, Luna terbebas dan cahayanya kembali bersinar terang.
"Terima kasih, Milo," bisik Luna dengan suara yang lembut seperti angin malam. "Kamu telah mengembalikan saya ke langit, tempat saya berada."
Kembali di padang rumput, cermin itu perlahan memudar, seolah tugasnya sudah selesai. Milo berdiri, menatap langit. Ada rasa kepuasan yang mendalam saat ia melihat Luna kembali ke tempatnya, berkedip lembut kepadanya, seolah mengucapkan terima kasih.
Milo berjalan kembali ke desanya, hatinya ringan dan hangat dengan cinta dari bintang yang telah ia selamatkan. Dia tahu sekarang bahwa meski ia hanya seorang anak kecil, ia bisa melakukan hal-hal besar. Dan setiap malam, ketika ia melihat ke langit, ia tidak hanya menghitung bintang; ia membuat janji untuk selalu menjaga mereka, seperti mereka telah menjaga dirinya di malam-malam yang gelap.