Ditengah hiruk pikuk kota besar, Ana, seorang perawat muda, memutuskan untuk pindah ke desa kecil di lereng gunung setelah mengalami kegagalan yang menyakitkan dalam karirnya. Kejadian itu bukan hanya meninggalkan bekas pada hatinya, tetapi juga pada semangatnya untuk terus bekerja di rumah sakit besar.
Desa kecil yang dikelilingi oleh hutan pinus dan udara yang sejuk itu tampak sebagai tempat pelarian yang sempurna. Di sana, Ana menyewa sebuah rumah kayu kecil dan memutuskan untuk membuka klinik kecil untuk warga desa. Meski lingkungannya baru dan sederhana, Ana menemukan bahwa merawat orang lain memberinya jenis kesembuhan tersendiri.
Suatu pagi, saat kabut masih menyelimuti desa, seorang gadis kecil bernama Mira datang ke klinik dengan lutut yang terluka. Dia terjatuh saat bermain di tepi sungai. Mata Ana bersinar penuh empati saat melihat darah membasahi celana Mira. Dengan hati-hati, Ana membersihkan luka tersebut dan membalutnya dengan perban.
"Sakit ya?" tanya Ana sambil tersenyum.
Mira mengangguk, air mata menggenang di matanya. "Tapi Mama bilang, setiap luka membuat kita lebih kuat."
Ana tersenyum lebar. "Mama kamu benar. Dan tahu tidak? Sama seperti kamu yang datang ke sini untuk membalut lukamu, saya datang ke desa ini untuk menyembuhkan luka saya juga."
Mira melihat Ana dengan rasa ingin tahu. "Luka apa yang kamu miliki, Kak Ana?"
Ana mengambil napas dalam, berbagi ceritanya secara singkat. "Saya pernah membuat kesalahan besar di tempat kerja, dan itu membuat saya sangat sedih. Tetapi setiap hari, membantu kalian, penduduk desa, saya merasa luka itu perlahan-lahan sembuh."
Mira mendengarkan dengan seksama, dan ketika Ana selesai, dia berkata, "Jadi, membantu kami juga membantu kamu? Seperti simbiosis?"
"Benar sekali, Mira. Itu seperti simbiosis," kata Ana, kagum dengan kecerdasan gadis kecil itu.
Dengan lutut yang sudah dibalut, Mira berdiri, bersiap untuk pulang. "Terima kasih, Kak Ana. Saya akan berhati-hati, dan saya berharap luka kamu sembuh sepenuhnya."